Jakarta, Dexpert.co.id – Narsistik merupakan kepribadian yang mementingkan citra diri demi perhatian dan pujian dari orang lain. Melansir dari CNBC Make It, narsistik ditandai dengan sikap superior, merendahkan orang lain, merasa memiliki hak istimewa, tidak memiliki empati, hingga selalu menyalahkan orang lain atas kesalahan apapun.
Ahli saraf, Cody Isabel, mengungkapkan bahwa gangguan kepribadian narsistik berkaitan erat dengan pola asuh orang tua. Menurut Isabel, ada tiga kesalahan pola asuh orang tua yang dapat membuat anak tumbuh narsis.
Apa saja? Berikut rangkumannya.
1. Tidak Memperkenalkan Emosi pada Anak
Anak-anak adalah sosok yang selalu memperhatikan dan mempelajari apapun yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Mereka selalu meniru apa yang dilihat, salah satunya tindakan negatif.
Maka dari itu, penting bagi setiap orang tua untuk mengajarkan kepada anak terkait kecerdasan emosional (EQ), terutama soal empati. Menurut Isabel, cara termudah untuk mengajarkan EQ pada anak adalah bantu mereka untuk mengenali perasaan, seperti marah, sedih, dan senang.
“Berlatih EQ akan memudahkan anak untuk mengungkapkan perasaan dan peduli dengan perasaan orang lain,” kata Isabel, dikutip Senin (28/8/2023).
2. Tidak Memvalidasi Emosi Anak
Isabel mengatakan, orang tua yang tidak memvalidasi emosi anak sama saja dengan mengajari anak bahwa apa yang mereka rasakan tidak benar. Akibatnya, anak akan kesulitan untuk mengatur perilaku mereka ketika dewasa.
Menurut Isabel, masalah yang dapat muncul akibat perasaan yang tidak divalidasi sejak masa kecil adalah mati rasa hingga berperilaku protektif.
Menurut sebuah studi, rasa malu, rasa tidak aman, dan ketakutan adalah akar dari sifat narsis. Jika anak tidak menerima validasi dan dukungan dari orang tua, mereka cenderung mengabaikan emosi negatif yang muncul.
“Tunjukkan bahwa Anda memahami perasaan anak dan bantu mereka memberi label pada emosi. Memvalidasi emosi berarti memberitahu mereka bahwa apa yang dirasakan adalah wajar,” kata Isabel.
“Selalu tanyakan perasaan anak. Setelah mereka memberitahu apa yang terjadi, validasilah perasaan mereka. Seiring berjalannya waktu, mereka akan semakin percaya pada setiap perasaan yang terjadi,” imbuhnya.
3. Mengabaikan Perilaku Narsistik Anak
Jika anak tantrum di tempat umum karena tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, jangan biarkan hal itu terjadi. Namun, bantulah anak untuk keluar dari situasi tersebut.
Menurut Isabel, orang tua harus membantu anak untuk keluar dari masalah dengan mengajukan tiga pertanyaan, yakni “Apa yang terjadi?” “Bagaimana perasaanmu?”, dan “Menurutmu, bagaimana orang-orang memandangmu saat ini karena reaksimu?”
Daripada menerima disfungsi emosional, Isabel mengatakan bahwa orang tua harus membantu anak-anak untuk mengembangkan empati dan kesadaran sosial mereka.
“Ada berbagai cara yang dapat dilakukan. Jika ada hal buruk di dalam film yang ditonton bersama, tanyakan kepada anak tentang apa yang mereka pikirkan tentang perasaan karakter-karakter tersebut,” kata Isabel.
“Jika mereka mengatakan, “Mereka merasa sedih atau marah,” maka tingkat EQ anak mulai berkembang. Namun, jika anak tidak memedulikan perasaan karakter, ada sesuatu yang salah,” lanjutnya.
Artikel Selanjutnya
Catat Bunda, Ini 5 Sifat Anak Tanda Sukses di Masa Depan
(hsy/hsy)