Close Menu
Dexpert
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Dexpert
    • Jasa Website
    • Referensi
    • Portofolio
    • Merchandise
    • Blog
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Dexpert
    Home»Insight News»4 Profesi Ini Tak Akan Digantikan AI pada Masa Depan
    Insight News

    4 Profesi Ini Tak Akan Digantikan AI pada Masa Depan

    Ardhian ValqaBy Ardhian Valqa1 Oktober 2024Updated:2 Oktober 2024Tidak ada komentar3 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email




    Jakarta, Dexpert.co.id – Banyak yang khawatir kecerdasan buatan (AI) bisa menggantikan pekerjaan manusia.

    Melansir unggahan Instagram @ditjen.dikti, McKinsey Global Company memprediksi sekitar 30% profesi berpotensi terotomatisasi oleh AI 2030 mendatang.

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pernah membeberkan data yang lebih mengerikan terkait dengan ancaman AI terhadap pekerjaan manusia ini. Kemenko Perekonomian memperkirakan akan ada 80 juta pekerjaan yang hilang oleh perkembangan teknologi digital secara global.

    Ciri-ciri pekerjaan yang akan tergantikan oleh AI di antaranya bersifat rutin dan berulang. Beberapa profesi dengan karakteristik seperti itu antara lain, teller bank dan sopir.

    Meski demikian, masih ada profesi yang masih bergantung pada kemampuan manusia secara penuh.

    Lantas, apa profesi yang sekiranya tak akan digantikan oleh AI? Berikut selengkapnya:

    1. Pekerjaan kreatif

    Seniman, desainer, penulis, merupakan profesi yang disebut tak akan digantikan oleh AI. Jenis pekerjaan ini bertahan karena Al memang tidak akan bisa meniru imajinasi, kreativitas dan emosi dari manusia.

    Meskipun saat ini Al banyak dimanfaatkan untuk menciptakan desain, Al tetap tidak memiliki kemampuan memahami konteks budaya, sosial dan emosional untuk menciptakan karya yang penuh makna.

    2. Profesional kesehatan

    Profesi di bidang kesehatan seperti dokter, perawat, psikolog, juga dinilai tak bisa digantikan AI.

    Ini karena pekerjaan di bidang kesehatan membutuhkan empati yang tinggi, kemampuan berkomunikasi dan pengambilan keputusan yang kompleks untuk kesembuhan pasien. Tentunya hal ini tidak dimiliki oleh robot.

    3. Pendidik

    Saat ini dunia pendidikan memang sudah banyak terbantu dengan adanya kecanggihan teknologi seperti Al.

    Namun, kehadiran guru, dosen, tidak bisa tergantikan oleh AI. Sebagai pendidik, mereka tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga memotivasi dan membangun karakter murid.

    4. Pemimpin

    Seorang pemimpin perusahaan, negara, lembaga, haruslah bijak dalam mengambil keputusan. Posisi ini selamanya tak bisa digantikan robot atau AI.

    Dampak negatif kecerdasan buatan

    Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty mengatakan perkembangan teknologi seperti pisau bermata dua. Di satu sisi digitalisasi menawarkan banyak peluang seperti transisi ekonomi dan pertumbuhan produktivitas, hingga munculnya pekerjaan baru.

    Selain itu, kata dia, perkembangan digitalisasi juga menawarkan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih besar, bahkan gaji yang lebih tinggi. “Digitalisasi menawarkan banyak peluang,” kata Telisa beberapa waktu lalu, (30/8/2024).

    Meski demikian, Telisa menyebut perkembangan digitalisasi ini juga berpotensi memberikan dampak negatif. Dampak negatif tersebut di antaranya terkait dengan turunnya pendapatan, penurunan kesejahteraan mental, penurunan tingkat pendapatan, bahkan hilangnya pekerjaan karena tergantikan Artificial Intelligence.

    “AI bisa mengancam penghasilan masyarakat,” kata Telisa.

    Telisa menuturkan sejumlah studi memperlihatkan dampak negatif perkembangan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurut dia, meskipun jumlah investasi di Indonesia terus naik dari tahun ke tahun, namun jumlah tenaga kerja yang mampu diserap semakin menurun.

    Mengutip data Kementerian Investasi, Telisa mengatakan pada 2012 jumlah investasi di Indonesia mencapai Rp 313,2 triliun dengan jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai 1,28 juta orang. Dengan angka itu, berarti setiap Rp 1 triliun investasi dapat menyerap sekitar 4.086 orang.

    Namun jumlah serapan tenaga kerja ini menurun drastis pada 2019. Pada tahun itu jumlah investasi di Indonesia meningkat menjadi Rp 809,6 triliun. Akan tetapi jumlah tenaga kerja yang mampu diserap hanya 1,16 juta orang. Dengan demikian, artinya setiap Rp 1 triliun nilai investasi hanya mampu membuka 1.277 lapangan pekerjaan.

    “Teknologi harus dapat membantu manusia, tapi jangan sampai menggantikan secara penuh eksistensi manusia, terlebih saat ini kita tengah menghadapi bonus demografi,” kata dia.

    (dem/dem)

    Saksikan video di bawah ini:

    Video: Adopsi AI di Dunia Medis, RI Bakal Saingi Malaysia & Singapura





    Next Article



    Polisi Pakai AI Gambar Tampang Buronan, Hasilnya Bikin Kaget



    Hitech for better life Techno update
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Ardhian Valqa

    Related Posts

    Ramai-Ramai Perusahaan Getol Pakai AI, Tak Peduli Anggarannya Meledak

    25 Januari 2025

    Kejadian Langka Parade Planet, 2 Zodiak Ini Mohon Waspada

    25 Januari 2025

    Kanguru Raksasa Punah Bikin Penasaran, Begini Temuan Terbaru Para Ahli

    25 Januari 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tim Kerja
    • Kontak
    • S & K
    • Privasi
    © 2025 - Dexpert, inc.

    PT Dexpert Corp Indonesia

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.