Jakarta – Data menunjukkan, lebih dari 70 juta orang di Asia Tenggara (ASEAN) melakukan belanja secara online sepanjang pandemi Covid-19 terjadi. Ini berdasarkan laporan dari Facebook dan Bain & Company.
Saat pemerintah di negara anggota ASEAN mendorong warga untuk tetap di rumah, penggunaan jasa digital seperti e-commerce, pengiriman makanan, dan pembayaran online meningkat pesat.
Tren ini diperkirakan bakal terus meningkat ke depannya. Laporan tersebut mensurvei lebih dari 16.000 orang di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Muncul proyeksi, angka konsumen digital di Asia Tenggara bakal menyentuh 350 juta di akhir tahun ini.
Facebook dan Bain & Company memprediksi, 70% warga berusia 15 tahun ke atas di ASEAN bakal melakukan belanja online sampai akhir tahun ini. Laporan itu memprediksi angka konsumen belanja online di ASEAN bakal menyentuh 380 juta orang di 2026.
Di antara negara-negara yang disurvei, laporan tersebut mengatakan, pertumbuhan konsumen belanja digital tertinggi adalah dari Indonesia. Populasi konsumen digital di Indonesia diprediksi naik 15% dari 144 juta orang di 2020 menjadi 165 juta orang di 2021.
Dalam laporan tersebut juga disebutkan, rata-rata uang yang dibelanjakan online tahun ini naik 60%, dari US$ 238 per orang di 2020 menjadi US$ 381 per orang.
“Dalam lima tahun ke depan, penjualan e-commerce di Asia Tenggara juga diproyeksi akan naik 14% per tahun,” demikian bunyi laporan yang dibuat Mei 2021 tersebut, dilansir dari CNBC International, Kamis (16/9/2021).
Tak hanya soal industri e-commerce dan konsumen yang meningkat, laporan ini juga menyatakan investasi pada sektor fintech di Asia Tenggara juga meningkat, seperti dompet digital, paylater, hingga mata uang kripto.
Dalam tiga bulan pertama di 2021, sebanyak 88% perusahaan private equity dan venture capital di ASEAN telah mengguyur investasi di sektor teknologi dan internet. Dari angka itu, 56% masuk ke sektor fintech.
“Kami melihat adanya ledakan masif di sektor fintech hingga tiga kali lipat. Kami melihat akan ada arus deras modal ke sektor ini,” ujar Dmitry Levit dari Cento Ventures, dalam laporan tersebut.
Disebut bahwa 37% responden yang disurvei mengatakan saat ini lebih memilih melakukan pembayaran lewat dompet digital. Sementara 28% memilih tunai, 19% kartu debit, dan 15% lewat transfer bank. Negara seperti Filipina, Malaysia, dan Vietnam adalah yang terbesar peningkatan penggunaan dompet digitalnya, pertumbuhan penggunaan dompet digital di tiga negara tersebut masing-masing 133%, 87%, dan 82%.
Peningkatan penggunaan jasa digital di ASEAN sepanjang pandemi membuktikan besarnya peluang ekonomi digital di kawasan ini.
“Kawasan Asia Tenggara akan terus menjadi pasar yang tumbuh kencang dalam 10 tahun ke depan,” ujar Justin Hall, partner dari Golden Gate Ventures.
[Dexpert.co.id]
(wed/roy)