Jakarta – Terdapat kekayaan berlimpah yang tersimpan di antariksa. Yaitu sebuah asteroid di sabuk Mars dan Jupiter yang mengandung material jika ditambang dapat bernilai US$9,3 miliar untuk tiap manusia di Bumi.
Material yang terkandung di dalam asteroid bernama Psyche16 adalah besi nikel dan logam mahal seperti emas dan platinum. Ini agak berbeda dengan material pada asteroid lain seperti mineral silikat (tipe-S) atau senyawa berkarbon (tipe-C).
Sejumlah pihak berusaha menghitung harta yang terkandung di dalam Psyche16. Salah satunya bernilai US$10.000 quadrillion serta ada juga yang mencapai US$700 quintillion.
Jika asumsinya bernilai US$700 quintillion lalu dibagi dengan penduduk Bumi berjumlah 7,6 miliar, maka akan mendapatkan US$9,3 miliar per orangnya, dikutip Business Standard, Jumat (15/10/2021).
Asteroid Psyche 16 itu berjarak 370 juta kilometer dari Bumi. Ukurannya 226 kilometer atau seperti Virginia Barat di Amerika Serikat (AS).
Sayangnya penambangan benda di antariksa masih terkendala hukum di Bumi. Ian Christensen, seorang direktur program sektor swasta di Secure World Foundation mengatakan belum ada kejelasan kepemilikan sumber daya di antariksa dari segi hukum.
Bahkan sejumlah aturan masih bersifat ambigu. “Ada beberapa celah dalam undang-undang, dan beberapa hal perlu diklasifikasi untuk memberikan kepastian lebih pada undang-undang saat ini,” kata Christensen kepada CNBC Internasional.
Selain itu juga belum ada otoritas tunggal untuk bertanggung jawab atas alokasi sumber daya di luar Bumi. Izin aktivitas dikeluarkan oleh pemerintah negara tempat pihak yang melakukan aktivitas.
“Penegakan dilakukan oleh otoritas pemerintah nasional, namun otoritas luar angkasa khusus belum ada,” ujarnya.
Sejauh ini aturan paling komprehensif adalah Perjanjian Luar Angkasa 1967 oleh PBB. Namun masih ada celah kebingungan diantara negara soal kegiatan di antariksa.
Analis Sains dan Teknologi Stratfor, Rebecca Keller mengatakan penggunaan sumber daya di luar angkasa juga masih kabur. Ini bisa diartikan ke dua arah dan menimbulkan perdebatan di kemudian hari.
“Pemerintah dan bahkan para ahli di bidang ini masih memperebutkan penggunaan yang tepat dari sumber daya ini dan itu tetap jadi pertanyaan yang sulit untuk dijawab,” ungkapnya.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )