Jakarta – Menghentikan dampak asteroid menjadi tantangan terbesar bagi lembaga antariksa saat ini. Namun para ilmuwan dari Universitas California Santa Barbara (UCSB) punya solusi yakni: hancurkan.
Hancurkan (pulverize) atau disingkat PI jadi rencana dalam makalah teknis setebal 131 halaman yang dimasukkan ke jurnal akademik Advances in Space Research. Ide itu menggunakan penetrator kinetik hypervelocity untuk menghancurkan asteroid.
Rencana itu pada dasarnya soal ‘mengiris dan memotongnya untuk menghindari dampak bencana’, dikutip dari laman Jerusalem Post, Senin (18/10/2021).
Ide itu mencegah benturan, dikenal sebagai disrupsi. Namun sebagian besar ilmuwan menolaknya sebab puing-puing asteroid setelah dihancurkan masih memiliki dampak dan menghujani planet lalu menjadi bencana besar.
Satu metode yang memungkinkan adalah penggunaan defleksi, artinya meluncurkan sesuatu untuk sedikit mengubah jalur asteroid. Ini akan dilakukan melalui misi dari NASA bernama Double Astroid Redirection Test (DART) yang meluncur November mendatang. Namun DART memiliki kekurangan yakni menghabiskan banyak waktu dan sumber daya yang dikembangkan.
Selain itu ada ide lain diusulkan pada Juli 2021 oleh perusahaan Airbus. Yakni dengan menggunakan kembali satelit TV untuk membelokkan asteroid. Kembali terdapat kekurangan membelokkan asteroid saat jaraknya cukup jauh dari Bumi. Secara hipotesis berarti lebih dari enam bulan lagi.
Sementara itu pendekatan berbeda ditemukan tim peneliti lain yakni menghancurkan asteroidnya, dengan nuklir secara hipotesis. Penelitian dari Universitas John Hopkins mengklaim 99% dari puing tidak akan berdampak pada Bumi.
Sementara itu penelitian dari UCSB tidak menggunakan rudal nuklir tapi dengan penetrator kinetik. Ini akan mengirimkan penetrator, yang beberapa di antaranya diisi bahan peledak, langsung ke inti asteroid.
Cara itu akan memecah obyek antariksa menjadi fragmen kecil. Diameter asteroid setelah dihancurkan di bawah 15 meter.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )