Jakarta, Dexpert.co.id – Ada saja modus penipuan baru yang marak terjadi dengan memanfaatkan teknologi. Terbaru, seorang pria yang diiming-imingi cuan dari usaha makelar penyewaan properti di aplikasi Airbnb menjadi korban.
Pria bernama Daryn Carr itu terpaksa kehilangan US$ 20.000 atau setara Rp 312 jutaan dalam sekejap. Ceritanya bermula pada 2022 lalu ketika Carr sedang menjajal Instagram. Ia lantas melihat ada peluang mudah mendapat duit sampingan.
Peluang tersebut dipromosikan oleh seorang pria bernama Anthony Agyeman. Konsep bisnis yang ditawarkan sederhana, yakni memanfaatkan aplikasi Airbnb.
Ia mengatakan bisa untung besar dengan mengambil daftar dari situs pemesanan hotel dan persewaan properti jangka pendek. Lantas, daftar tersebut dimasukkan ke Airbnb dengan harga yang lebih tinggi, sehingga bisa untung.
Agyeman menyebut bisnisnya sebagai ‘Hands-Free Automation’. Ia membantu proses pemasaran properti yang didaftarkan ke Airbnb dengan kontrak eksklusif selama 5 tahun.
Ia juga akan mengurus izin ke pemilik properti yang terdaftar, sehingga menaikkan harganya di Airbnb sudah disepakati kedua pihak.
Untuk ikut dalam Hands-Free Automation (HFA) yang dibentuk Agyeman, Carr harus membayar modal awal US$ 20.000 hingga US$ 30.000. Dengan begitu, Carr bisa mendaftarkan properti tertentu dengan menaikkan harganya di Airbnb secara legal.
Agyeman mengatakan model bisnis ini memiliki risiko rendah. Ia juga menjamin modal bisa balik dalam waktu 6 bulan. Setelah itu, profit akan dimiliki sepenuhnya oleh Carr.
Perlu dicatat, model binsis HFA tak ada afiliasinya dengan Airbnb. Bahkan, aplikasi pemesanan tempat tinggal itu melarang keras praktik tersebut.
Komisi Perdagangan Federal (FTC) dan Departemen Kehakiman AS (DoJ) secara aktif mendeteksi dan memblokir perusahaan-perusahaan yang menjalankan praktif HFA.
Menurut otoritas tersebut, HFA telah mempromosikan produk mereka dengan janji keuntungan dan kesuksesan palsu. Namun, Agyeman sejauh ini masih lolos dan belum dikenai sanksi.
Carr yang tinggal di New York sepakat membayar biaya awal US$ 1.000 melalui kartu debit kripto miliknya. Lalu sisanya ia meminjam US$ 18.490 untuk mengambil paket entry-level HFA.
Secara total, Carr membayar US% 19.497, emnurut dokumen gugatan yang dilayangkan. Tak cuma Carr, ada 11 investor lain yang menjadi korban.
Pasalnya, HFA mengklaim memiliki hubungan dengan pemilik properti sehingga tidak menyalahi aturan Airbnb. Nyatanya, hal itu cuma bualan belaka dan properti yang dinaikkan harganya sama sekali tidak tahu telah dimanfaatkan oleh Agyeman.
Sejauh ini kasus gugatan HFA masih terus diproses. Carr mengatakan kepada CNBC International bahwa investasinya dengan HFA tiba-tiba hilang. Nasibnya apes dan malah terlilit hutang.
Ia akhirnya sadar bahwa Agyeman telah menipunya. Duitnya pun dipakai untuk membiayai gaya hidup sang penipu.
“Saya tak menyangkan kehilangan US$ 20.000 dalam sekejap,” kata dia, dikutip dari CNBC International, Senin (12/2/2024).
Thomas Hunker yang merupakan pengacara Agyeman dan HFA menolak telah menipu investor dan melarikan uang mereka untuk kepentingan pribadi.
“Kami menghormati penanam modal dengan rasa hormat,” kata Hunker.
Namun, HFA berdalih bahwa bisnis ini mendapat tantangan lantaran kebijakan Airbnb yang berubah-ubah.
Sejauh ini, Agyeman dan pelaku penipuan lainnya diminta membayar senilai US$ 624.000 atas kerugian yang disebabkan. Sementara itu, pelaku tetap saja melanjutkan bisnis penipuan ini di bawah perusahaan baru yang dinamai ‘Wealthway’.
Mantan tim Wealthway yang hengkang dari perusahaan pada November lalu mengatakan perusahaan menargetkan penjualan senilai US$ 3,5 juta setiap bulan.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa perlu hati-hati jika mendapatkan penawaran bisnis yang mudah dengan iming-iming cuan besar dalam waktu singkat. Semoga membantu!