JakartaDexpert.co.id – Penyakit jantung bawaan atau PJB merupakan sebuah kondisi ketika seseorang memiliki kelainan struktur pada jantung atau sirkulasi di jantung. Hal ini terjadi akibat kegagalan proses pembentukan organ saat berada di dalam kandungan.
Sayangnya, hingga saat ini masih sangat sedikit kasus penyakit jantung bawaan yang dapat diketahui segera setelah bayi lahir. Biasanya, dokter baru bisa mendeteksi terjadinya penyakit jantung bawaan ketika bayi menunjukkan gejala atau tanda yang khas saat baru lahir.
Dr. dr. Budi Rahmat, Sp.BTKV, Subps.JPK(K) dari Rumah Sakit Harapan Kita mengatakan bahwa kelainan jantung bawaan terjadi akibat dari proses multi faktorial saat kehamilan. Untuk itu, penting bagi ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Biasanya, dokter spesialis kandungan akan melakukan skrining ultrasonografi (USG) kehamilan, untuk dapat melihat adanya kecurigaan terdapat kelainan jantung janin.
“Tentu untuk mengurangi risiko gangguan jantung bawaan pada bayi adalah dengan melakukan deteksi dini yakni melakukan pemeriksaan rutin seperti USG, dan menjumpai dokter kardiologi anak,” kata Budi saat ditemui di kawasan Jakarta Barat, Rabu (18/9/2024).
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kelainan bawaan dapat terjadi pada jantung saat masa pembentukan organ, yang biasanya terjadi pada usia kehamilan 8-16 minggu.
Tidak hanya mendeteksi PJB yang mungkin dialami janin, dokter juga akan memeriksa perkembangan organ janin yang lain. Serta memantau kesehatan ibu hamil.
Jika terdapat kecurigaan adanya PJB, maka dokter spesialis kebidanan dan kandungan atau subspesialis fetomaternal dapat bekerja sama dengan dokter spesialis anak konsultan kardiologi anak untuk membahas mengenai kondisi jantung janin sekaligus persiapan kelahiran bayi.
“Penegakan diagnosis PJB di Indonesia telah sangat berkembang dengan hadirnya teknologi deteksi sejak masih dalam dalam kandungan. Jika telah terdeteksi, tindakan penanganan PJB pada bayi dan anak dapat direncanakan dan dilakukan, baik dengan melakukan operasi maupun tidak, dengan angka keberhasilan yang baik,” paparnya.
(hsy/hsy)
Next Article
Heboh Kasus Bayi Meninggal Usai Imunisasi, Ini Kata Kemenkes