Jakarta – China kini sedang bersiap-siap menguji reaktor nuklir bertenaga thorium September ini, pertama di dunia sejak 1969. Pengembangan ini dilakukan karena teknologi garam cair lebih aman daripada reaktor uranium biasa, sehingga China dapat memenuhi target terkait iklimnya.
Dilansir dari France24, pada akhir Agustus kemarin, China telah menyelesaikan pembangunan reaktor nuklir garam cair berbahan bakar thorium pertama di tengah Gurun Gobi, di utara China. Rencananya mereka akan memulai tes pertama teknologi alternatif untuk reaktor nuklir dalam dua minggu ke depan.
Menurut jurnal ilmiah Nature, prototipe bertenaga rendah ini hanya dapat menghasilkan energi untuk sekitar 1.000 rumah. Namun jika tes berhasil, China akan memulai program untuk membangun reaktor lain yang mampu menghasilkan listrik untuk lebih dari 100.000 rumah.
Jika ini berjalan lancar, China dapat menjadi pengekspor teknologi reaktor yang telah menjadi bahan diskusi selama lebih dari 40 tahun, menurut surat kabar keuangan Prancis Les Echos.
Reaktor China tersebut juga bisa menjadi reaktor cair-garam pertama yang beroperasi di dunia sejak 1969, setelah Amerika Serikat (AS) meninggalkan fasilitas Laboratorium Nasional Oak Ridge di negara bagian Tennessee.
“Hampir semua reaktor saat ini menggunakan uranium sebagai bahan bakar dan air, bukan garam cair dan thorium yang akan digunakan di pabrik baru China,” kata Jean-Claude Garnier, kepala Komisi Energi Alternatif dan Energi Atom (CEA) Prancis, dikutip Selasa (14/9/2021).
China memilih kedua bahan ini karena reaktor garam cair adalah salah satu teknologi paling menjanjikan untuk pembangkit listrik, menurut forum Generasi IV, sebuah inisiatif AS untuk mendorong kerja sama internasional dalam tenaga nuklir sipil.
Dengan teknologi garam cair, garam akan menjadi bahan bakar. Setelahnya kristal garam dicampur dengan bahan nuklir, baik uranium atau thorium, dipanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius menjadi cair, dan kemudian dapat mengangkut panas dan energi yang dihasilkan.
Keuntungannya, reaktor jenis ini tidak perlu dibangun di dekat aliran air, karena garam cair itu sendiri berfungsi sebagai pendingin, tidak seperti pembangkit listrik uranium konvensional yang membutuhkan air dalam jumlah besar untuk mendinginkan reaktornya. Sehingga reaktor dapat dipasang di daerah terpencil dan gersang seperti Gurun Gobi.
China juga memilih untuk menggunakan thorium daripada uranium dalam reaktor garam cair yang baru. Ini menjadi kombinasi yang telah menarik perhatian para ahli selama bertahun-tahun.
Selain itu, thorium termasuk dalam keluarga logam tanah jarang yang terkenal yang jauh lebih melimpah di China daripada di tempat lain. China dapat terbebas dari negara-negara pengekspor uranium utama, seperti Kanada dan Australia, yang hubungannya memburuk dengan Negeri Tirai Bambu.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )