Jakarta – Daftar konglomerat yang masuk menjadi investor di perusahaan digital Grab Indonesia cukup banyak, mulai dari Grup Djarum, Sinarmas, hingga Elang Mahkota Teknologi alias Emtek. Perusahaan menyatakan saat ini sudah profit alias untung.
Country Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi, mengatakan masuknya sejumlah konglomerat menjadi investor di Grab sangat berarti. “Artinya mereka percaya bahwa Grab bisa bersinergi. Berikutnya tidak hanya dengan konglomerat, tapi juga dengan BUMN,” kata Neneng saat pertemuan dengan sejumlah Pemimpin Redaksi Media Massa di Jakarta, Rabu (29/9/2021).
Neneng yang merupakan salah satu srikandi andal dunia digital Indonesia ini bercerita soal aksi korporasi yang telah dilakukan Grab. Pada November 2020 lalu, Grab juga menyuntikkan modal ke LinkAja, perusahaan dompet digital milik BUMN.
Seperti diberitakan sebelumnya, LinkAja pada November 2020 lalu menerima suntikan US$100 juta atau setara Rp 1,4 triliun (asumsi Rp 14.000/US$). Suntikan dana ini dipimpin Grab, startup ride hailing Asia Tenggara bersama dengan dengan investor lain seperti Telkomsel, BRI VenturesĀ Investama dan Mandiri Capital Indonesia.
Soal investor, Neneng mengatakan, BRI Ventures yang merupakan anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk juga sudah masuk menjadi investor Grab. “Kami juga ada kerja sama dengan sejumlah BUMN, seperti Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BRI. Kemudian dengan Pertamina dan PLN untuk kerja sama electric vehicle,” jelas Neneng.
Kabar terakhir adalah kolaborasi Grab dengan Emtek, yang menurut pemberitaan terakhir pada Juli 2021 lalu grup Emtek milik keluarga Sariatmadja menyuntik PT Grab Teknologi Indonesia (GTI) senilai Rp 3,08 triliun atau setara US$ 210 juta melalui penerbitan saham baru GTI sejumlah 311,27 juta saham.
“Banyak yang bertanya kok bisa sih dengan Emtek? Kami memastikan value sama dan bisa bersinergi,” kata Neneng. Kolaborasi Grab dengan Bukalapak juga jadi salah satu agenda yang dilakukan untuk saling memperkuat bisnis keduanya.
Sudah Untung dan Tak Bakar Uang
Pada kesempatan itu, Neneng mengatakan, saat ini Grab merupakan pemimpin di bisnis ride hailing dan juga jasa pengantaran makanan. Jumlah anggota merchant untuk Grab Food, pengemudi, sampai agen Grab saat ini menurut Neneng mencapai 6 juta.
“Kalau di transportasi kami sudah profit (untung). Jadi burning money tidak, sekarang kita fokus ke profitabilitas,” ujarnya.
Ke depan, ada beberapa rencana yang akan dilakukan Grab. Pertama adalah memastikan ekonomi pulih pasca pandemi Covid-19. Pemulihan ekonomi bisa tercapai apabila vaksinasi masyarakat bisa berjalan luas. “Karena itu kami bekerja sama dengan pemerintah membantu vaksinasi,” jelasnya.
Rencana kedua adalah terus fokus pada bisnis delivery atau layan antar, yang difokuskan pada makanan dan barang. Lalu ketiga adalah fokus pada penyediaan kendaraan listrik untuk pengantaran barang dan penumpang. Menurut Neneng, para pengemudi partner Grab senang dengan penggunaan kendaraan listrik karena biayanya lebih murah.
[Dexpert.co.id]
(wed/roy)