Jakarta – Meningkatnya aktivitas investasi dan penambahan Bitcoin membuat limbah elektronik e-waste melonjak, dan sebanding dengan limbah peralatan IT kecil. Dilansir dari BBC menurut perkiraan Alex de Vries dan Christian Stoll, penambang cryptocurrency setiap tahun menghasilkan 30.700 ton limbah elektronik.
Adapun rata-rata sampah yang dihasilkan 272 g (9.5 oz) per transaksi, sebagai perbandingan iPhone 13 memiliki berat 173g (6.1oz). Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Resources, Conservation & Recycling.
Penambang mendapatkan uang dengan membuat Bitcoin baru, tetapi komputasi yang digunakan menghabiskan banyak energi. Misalnya saja di Filipina, penggunaan listrik dan polusi gas rumah kaca menjadi lebih tinggi dengan adanya penambangan ini.
Pasalnya, komputer yang digunakan untuk menambang menjadi usang, itu juga menghasilkan banyak limbah elektronik. Para peneliti memperkirakan perangkat penambangan Bitcoin memiliki umur rata-rata hanya 1,29 tahun.
Listrik menjadi salah satu komponen utama dalam penambangan Bitcoin, sehingga harus menggunakan prosesor yang lebih efisien. Saat ini telah ada perpindahan ke chip yang sangat khusus yang disebut Sirkuit Terpadu Khusus Aplikasi (ASIC).
“Sayangnya ASIC sangat terspesialisasi sehingga ketika menjadi usang, mereka tidak dapat digunakan kembali untuk tugas lain atau bahkan jenis algoritma penambangan cryptocurrency lainnya,” tulis para peneliti seperti dikutip CNBC Indonesia, Selasa (21/9/2021).
Meski chip tidak dapat digunakan kembali, sebagian besar peralatan penambangan Bitcoin terdiri dari komponen seperti pelapis logam dan aluminium yang dapat didaur ulang. Secara global, lebih dari 17% dari semua limbah elektronik didaur ulang.
Penelitian tersebut menyebutkan, jumlah yang didaur ulang mungkin lebih sedikit di beberapa negara yang banyak memiliki penambang Bitcoin. Selain itu, dalam banyak kasus peraturan tentang limbah elektronik juga buruk.
Selain menghasilkan limbah elektronik dalam jumlah besar, para peneliti berpendapat bahwa perputaran perangkat dan chip yang begitu cepat, bisa mengganggu rantai pasokan global berbagai perangkat elektronik lainnya. Hal ini terbukti dari banyak industri yang mengalami kekurangan chip secara global.
[Dexpert.co.id]
(rah)