Jakarta, Dexpert.co.id – Kebangkrutan perusahaan fintech bernama Synapse membuat banyak nasabahnya merugi. Total kerugiannya disebut mencapai Rp 1,5 triliun.
Masalah ini bermula saat Synapse dan Evolve Bank terlibat perselisihan terkait saldo nasabah pada bulan Mei lalu. Synapse diketahui membantu startup fintech Yotta dan Juno menawarkan rekening giro dan kartu debit dengan menghubungkan ke layanan pemberi pinjaman kecil seperti Evolve.
Perusahaan fintech itu lantas mematikan akses ke sistem utama untuk memproses transaksi. Perpindahan klien secara besar-besaran terjadi dengan proses yang tak banyak mengalami kesalahan sehingga membuat Synapse bangkrut.
Ditemukan pula masih ada dana nasabah yang hilang hingga US$96 juta (Rp 1,5 triliun). Masalah ini akhirnya dibawa ke meja hijau. Meski begitu, uang yang hilang belum diketahui keberadaannya.
Salah satu nasabah bernama Kayla Morris harus kehilangan uangnya senilai US$282.153,87 (Rp 4,4 miliar). Berbicara saat sidang, dia mengatakan akunnya terkunci selama enam bulan setelah masalah itu terjadi.
Harapannya uang miliknya masih aman. Namun ternyata uang miliknya kemungkinan tak kembali utuh, karena Evolve disebut hanya akan membayar US$500 (Rp 7,9 jutaan).
“Kami diberitahu bahwa Evolve hanya akan membayar kami US$500 dari saldo saya senilai US$280 ribu. Ini sangat kacau,” kata Morris dikutip dari CNBC Internasional, Senin (25/11/2024).
Hal serupa juga terjadi pada salah seorang nasabah Yotta, Zach Jacobs.
Dia mengatakan memiliki tabungan US$94.468,92 (Rp 1,5 miliar), namun hanya akan mendapatkan US$128,68 (Rp 2 jutaan). Karena hal itu dia mulai bertindak membuat perkumpulan dengan korban lainnya agar bisa mendapat perhatian dari pihak pers dan politisi.
Ada 3.454 orang yang mendaftar kelompok bernama Fight For Our Funds itu. Total dana yang hilang mencapai US$30,4 juta (Rp 483,1 miliar).
(fab/fab)