Jakarta – China mengungkap dua drone barunya di pameran terbesar di negara tersebut, yang dapat meningkatkan kemampuan pengintaian. Drone terbaru ini juga diharapkan bisa melakukan serangan yang lebih tepat terhadap sasaran militer.
Drone pengintai ketinggian WZ-7 dan kendaraan serang elektronik CH-6 akan dipamerkan di Pameran Penerbangan dan Antariksa Internasional China di kota selatan Zhuhai. Pameran ini juga dikenal sebagai Airshow China atau Zhuhai Airshow, acara dua tahunan yang menampilkan perangkat keras militer dari beberapa produsen senjata terbesar di dunia.
China adalah produsen dan pengembang drone terbesar di dunia untuk keperluan sipil dan militer. Drone baru melakukan debut mereka sebulan setelah tiga drone Tentara Pembebasan Rakyat terlihat di dekat Jepang, mendorong Tokyo untuk mengerahkan jet tempur untuk mencegat mereka.
“Drone seperti CH-6 dan WZ-7 mewakili peningkatan kemampuan [Angkatan Udara PLA] untuk melakukan serangan bedah yang lebih tepat pada target yang sebelumnya tidak dapat dijangkau karena kurangnya ‘mata di langit’,” kata Analis Pertahanan Utama di Jane’s Ridzwan Rahmat, dilansir dari South China Morning Post, Rabu (29/9/2021).
WZ-7 dijuluki Guizhou Soar Dragon, memiliki tandem yang tidak biasa, desain sayap yang bergabung dan dapat digunakan untuk misi seperti pengintaian perbatasan dan patroli maritim. Dibangun oleh Perusahaan Industri Penerbangan milik China, dengan lebar sayap 24 meter dan panjang 14 meter menjadikannya salah satu drone terbesar yang dikembangkan di negara ini.
Pakar penerbangan juga menunggu sekilas yang terbaru dalam seri Caihong, CH-6, yang diharapkan dapat mendorong jangkauan serangan dan dikembangkan oleh China Aerospace Science and Technology Corporation. CH-6 adalah drone besar lainnya dengan lebar sayap 20,5 meter dan panjang 15 meter.
Pesawat tak berawak itu juga dapat membawa rudal udara-ke-permukaan tradisional, bom berpemandu presisi, rudal jelajah kecil dan menengah, dan rudal anti-radiasi. Model Caihong sebelumnya, CH-4 memiliki tingkat strike 96% dan menurut pabrikannya telah diekspor ke banyak negara, termasuk Arab Saudi dan Irak.
Analis senior Australian Strategic Policy Institute di Canberra Malcolm Davis yang mengkhususkan diri dalam keamanan China, mengatakan dua drone baru itu dapat meningkatkan kemampuan serangan dan taktik pertahanan China, terutama di wilayah Laut China Selatan.
Davis mengatakan Angkatan Udara PLA banyak berinvestasi dalam sistem otonom untuk memberikan kemampuan pengintaian dan serangan jarak jauh.
“Secara operasional, WZ-7 dan CH-6 akan digunakan bersama drone dan sistem otonom China lainnya, serta pesawat yang dikemudikan, untuk memberikan kemampuan pengintaian dan serangan terhadap AS dan pasukan sekutu yang beroperasi di Indo-Pasifik,” kata Davis.
[Dexpert.co.id]
(rah/rah)