Jakarta – Para Apple Fanboy mungkin harus sedikit bersabar untuk dapat membeli jajaran iPhone 13 terbaru. Sebab ada hambatan dan penundaan dari rantai pasok produsen serta permintaan tinggi yang membuat pembeli harus menunggu sekitar beberapa minggu lagi.
Laporan Analis JP Morgan dan Credit Suisse mengungkapkan pelanggan di seluruh dunia yang memesan iPhone 13 series secara online harus menunggu beberapa minggu untuk bisa mendapatkannya. Misalnya lebih dari empat minggu untuk iPhone 13 Pro dan iPhone 13 Pro Max, serta dua minggu bagi model iPhone 13.
“Harus diakui kendala ini masalah ini karena adanya kendala di rantai pasokan, kami masih menemukan peningkatan dalam waktu tunggu di minggu 2 dibanding minggu pertama sebagai indikator permintaan yang kuat,” tulis Analis JP Morgan Samik Chatterjee dilansir dari Reuters, Kamis (30/9/2021).
Salah satu resiko penundaan rantai pasokan berasal dari beberapa pabrik China. Pada hari Minggu, beberapa dari pabrik itu menangguhkan produksinya selama beberapa hari sebagai cara memenuhi kebijakan konsumsi energi yang ketat.
Ini dilakukan karena ada krisis listrik di China dan telah memperlambat produksi industri. Salah satu yang terdapat adalah pemasok bahan elektronik untuk Apple, Unimicron Technology yang menyebut pabriknya di dua wilayah diminta menghentikan produk dari hari Minggu hingga Kamis waktu setempat.
Kebijakan tersebut berdampak setidaknya pada 17 provinsi dan wilayah yang terjadi beberapa bentuk pemadaman listrik dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu dalam pengajuan ke bursa saham Taiwan, Senin (27/9/2021), lusinan perusahaan lain termasuk pemasok suku cadang Tesla juga diminta menghentikan produksi minggu ini. Dampak terburuk dirasakan pada pabrik dengan konsumsi banyak daya listrik yakni pabrik sabuk karat yang menggunakan ribuan kilo semen dan peleburan baja.
Karena krisis ini, Goldman Sachs memperkirakan ada 44% aktivitas industri China yang terpengaruh karena kekurangan listrik. Ini berpotensi menyebabkan adanya penurunan 1 poin persentase pada pertumbuhan PDB tahunan pada kuartal III-2021 dan 2 poin di Oktober hingga Desember.
Dalam sebuah catatan mengungkapkan mereka memotong perkiraan pertumbuhan PDB 2021 untuk China menjadi 7,8% dari 8,2%.
Analis di Nomura menyebut sejumlah pabrik terpaksa berhenti beroperasi karena pemerintah ingin memenuhi target karbon atau lonjakan harga akibat kekurangan batu bara. Mereka juga memangkas perkiraan pertumbuhan PDB tahunan menjadi 7,7%.
Sebagai informasi hampir 60% ekonomi di negara itu mengandalkan batu bara. Namun pasokan telah terganggu saat pandemi yang mendapat tekanan dari target emisi ketat. Selain itu China tertekan akibat penurunan impor baru bara saat perselisihan perdagangan dengan Australia.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )