Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat tren kenaikan kasus positif dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan tren penurunan. Penurunan ini terjadi seiring diperpanjang PPKM darurat di seluruh Indonesia hingga 23 Agustus.
Dalam laporan Kemenkes bertajuk ‘Ikhtisar Mingguan Covid-19’ periode 14-20 Agustus 2021, disebutkan bahwa kasus baru nasional dalam satu minggu terakhir tercatat sejumlah 145.361 kasus atau turun sebesar 26,2% dibandingkan periode 7-13 Agustus.
Jumlah kematian juga mengalami penurunan yang signifikan dibanding periode yang sama, sebesar 19,9%. Sejak 10 Juli, hingga 19 Agustus persentase keterpakaian tempat tidur (BOR) juga mengalami penurunan terus menerus, dengan tak ada provinsi yang berada pada level terbatas.
Secara regional, kasus aktif di seluruh provinsi Jawa-Bali menurun 29%, dari minggu sebelumnya. Yang terbesar terjadi di Banten dengan 36,6%.
Persentase keterpakaian tempat tidur (BOR) isolasi Covid secara nasional periode Juni-Agustus 2021 tercatat tertinggi pada 10 Juli 2021 sebesar 77,7% dan setelahnya turun ke hingga ke level 33,8% di 19 Agustus 2021.
Sedangkan BOR ICU turun ke angka 48,7% di tanggal yang sama dibanding 76% tertinggi pada 21 Juli 2021.
Namun demikian, data ini tak sepenuhnya membahagiakan. Sebab, di tengah turunnya angka konfirmasi ini, sebenarnya Indonesia masih mengalami berada dalam kondisi kapasitas respon kasus yang masih terbatas.
Masih dari laporan yang sama, kapasitas testing terbatas masih terbatas yakni di angka 21,21%, kapasitas tracing sedang dengan 6,43 rasio kontak erat/kasus konfirmasi positif/minggu, sedangkan kapasitas treatment memadai.
Sehingga patut diwaspadai bahwa dengan berkurangnya penambahan kasus, jumlah testing serta BOR pun turun tapi kematian masih tinggi.
“Namun Indonesia tidak boleh lengah, karena berdasarkan data per tanggal 13 Agustus menempati urutan tertinggi dunia sebesar 1.348 kematian
worldometer pertambahan angka kematian harian Indonesia per tanggal 13 mengalahkan Amerika Serikat (1.101) dan Brazil (925),” tulis Kemenkes dari risetnya.
“Kapasitas respon yakni testing, tracing serta tata laksana karantina dan isolasi mandiri secara nasional masih perlu ditingkatkan. Diindikasikan masih banyak kasus yang tak terlacak, tak terdiagnosa, dan terjadi kematian di rumah atau perjalanan menuju rumah sakit,” tulis laporan tersebut, dikutip Sabtu (28/8/2021).
Selain itu, kapasitas respon pelacakan melalui rasio kontak erat menunjukkan perubahan dibandingkan minggu sebelumnya, beberapa wilayah menunjukkan penurunan ke level sedang.
Namun, jika dibandingkan dengan penurunan kasus yang cukup tinggi, pelacakan belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
“Dengan demikian perbaikan pelacakan tidak disebabkan oleh penguatan kapasitas pelacakan namun dikarenakan jumlah kasus yang menurun.”
Secara nasional, kendati terjadi penurunan kasus mingguan sebesar 26,24% tapi sayangnya masih belum ada perbaikan level kapasitas tes.
Bahkan hingga saat ini DKI Jakarta satu-satunya provinsi dengan kapasitas tes sedang. Sedangkan provinsi lain di Indonesia hanya berada dalam level terbatas.
“Dengan demikian, penurunan kasus masih menyimpan potensi kasus yang tidak terlacak,” tulis laporan ini.
Dengan demikian, jika kapasitas pelacakan dan tes yang terbatas seperti saat ini, maka akan sulit menjelaskan peran pelacakan dan tes dalam penanggulangan Covid-19, serta belum bisa menggambarkan keadaan riil kasus yang ada di masyarakat.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )