Jakarta – Malaysia melakukan penelitian untuk menguji efektivitas vaksin Covid-19 yang digunakan di negaranya. Data terbaru ini menyusul sorotan pada perusahaan China, yang vaksin Covid-19-nya semakin diawasi atas efektivitasnya karena laporan infeksi di antara petugas layanan kesehatan yang divaksinasi penuh dengan suntikan Sinovac di Indonesia dan Thailand.
Vaksin Sinovac telah digunakan secara luas di beberapa negara termasuk China, Indonesia, Thailand dan Brasil, dan perusahaan tersebut mengatakan awal bulan ini telah memasok 1,8 miliar dosis di dalam dan luar negeri.
Penelitian yang dilakukan di Negeri Jiran tersebut menemukan menemukan vaksin Covid-19 buatan produsen asal China, Sinovac, sangat efektif melawan penyakit serius, meski efektivitasnya lebih rendah dibandingkan Pfizer dan AstraZeneca. Penelitian ini menunjukkan suntikan vaksin Pfizer/BioNTech dan AstraZeneca menunjukkan tingkat perlindungan yang lebih baik.
Dilansir dari Reuters, Selasa (28/9/2021) studi yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia menemukan bahwa 0,011% dari sekitar 7,2 juta penerima suntikan Sinovac memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU) untuk infeksi Covid-19. Sebaliknya, 0,002% dari sekitar 6,5 juta penerima vaksin Pfizer /BioNTech membutuhkan perawatan ICU untuk infeksi Covid-19.
Sementara 0,001% dari 744.958 penerima vaksin AstraZeneca yang disuntikkan membutuhkan perlakuan serupa. Direktur di Institute for Clinical Research Kalaiarasu Peariasamy mengatakan vaksinasi, terlepas dari mereknya, telah mengurangi risiko masuk ke perawatan intensif sebesar 83% dan menurunkan risiko kematian. sebesar 88% berdasarkan penelitian yang lebih kecil yang melibatkan sekitar 1,26 juta orang.
“Tingkat terobosan untuk penerimaan unit perawatan intensif sangat rendah. Penerimaan ICU secara keseluruhan di antara individu yang divaksinasi penuh mencapai 0,0066%,” kata Peariasamy dilansir dari Reuters, Selasa (28/9/2021).
Tingkat kematian orang yang divaksinasi lengkap juga lebih rendah yaitu 0,01% dan mayoritas dari mereka berusia di atas 60 tahun atau dengan penyakit penyerta. Namun perlu diingat, ada perbedaan demografi penerima ketiga vaksin dan itu bisa menghasilkan hasil yang berbeda.
Banyak penerima AstraZeneca berada di usia pertengahan dewasa, sedangkan suntikan Pfizer dan Sinovac sangat banyak untuk populasi yang rentan. Penerima AstraZeneca juga menyumbang proporsi penelitian yang jauh lebih kecil, yang melibatkan sekitar 14,5 juta individu yang divaksinasi lengkap dan dilakukan selama lebih dari lima bulan sejak 1 April.
Pada Juli lalu, Malaysia mengatakan akan menghentikan pemberian vaksin Sinovac setelah persediaannya berakhir, karena memiliki cukup banyak vaksin lain untuk programnya. Malaysia telah sepenuhnya memvaksinasi 58,7% dari 32 juta penduduknya dan memberikan setidaknya satu dosis untuk 68,8%.
[Dexpert.co.id]
(rah/rah)