Jakarta, Dexpert.co.id – Nvidia merupakan perusahaan yang paling diuntungkan dari perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Raksasa chip asal Amerika Serikat (AS) tersebut merupakan pemasok chip AI untuk perusahaan teknologi kawakan seperti OpenAI, Microsoft, Meta, dan Google.
Dalam laporan kinerjanya selama beberapa kuartal terakhir, Nvidia selalu memecahkan rekor tertinggi. Hal ini turut mengantarkan kekayaan CEO Nvidia Jensen Huang melambung menjadi US$123,8 miliar (Rp 1.967 triliun) dan menempati posisi orang ke-9 terkaya di dunia menurut laporan Forbes Real-Time Billionaires.
Dalam berbagai kesempatan, Jensen juga kerap mengumbar manfaat AI bagi masa depan manusia. Termasuk ketika ia berkunjung ke Indonesia dan mengisi acara Indonesia AI Day 2024.
Kendati demikian, baru-baru ini Jensen mengeluarkan komentar tak terduga terkait AI. Ia mengatakan AI yang ada saat ini belum bisa memberikan jawaban terbaik mengenai informasi yang ada di dunia.
“Saat ini, jawaban yang kita dapatkan belum merupakan versi terbaik yang bisa disediakan [AI],” kata Jensen dalam wawancara di Hong Kong University of Science & Technology, dikutip dari Yahoo Tech, Senin (25/11/2024).
Ia mengatakan dunia masih membutuhkan beberapa tahun lagi agar AI bisa benar-benar dipercaya.
Menurut Jensen, masyarakat semestinya tak perlu meragukan jawaban AI. Saat ini, masih banyak yang mempertanyakan apakah jawaban AI berhalusinasi atau tidak, pantas atau tidak.
“Kita harus sampai ke titik di mana jawaban yang Anda dapatkan bisa dipercaya sepenuhnya. Menurut saya masih butuh beberapa tahun ke depan untuk mencapai titik itu. Saat ini, kami akan terus meningkatkan komputasi kami,” ia menjelaskan.
Model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dalam kemampuan untuk menjawab pertanyaan kompleks. Namun, saat ini memang masih terdapat batasan dalam fungsinya.
Misalnya, chatbot AI kerap memberikan jawaban yang seperti berhalusinasi, hingga mengandung informasi sesat. Ini merupakan masalah utama AI saat ini yang terus diperbaiki oleh perusahaan pengembangnya.
OpenAI yang secara umum digambarkan sebagai pemimpin era AI dituntut oleh pembawa acara radio pada tahun lalu karena ChatGPT menciptakan gugatan hukum palsu tentang dirinya.
Beberapa perusahaan AI lainnya juga menghadapi tuntutan akibat kesalahan pada sistem LLM buatan mereka. Pasalnya, LLM saat ini masih terbatas dalam mengolah dan melatih data dalam jumlah besar.
Dalam wawancara pada pekan lalu, Jensen mengatakan bahwa pra-pelatihan atau pelatihan model pada kumpulan data yang besar dan beragam sebelum dikembangkan untuk melakukan tugas tertentu.
“Pra-pelatihan yang hanya mengambil semua data yang tersedia dan menemukan pengetahuan darinya secara otomatis, tidaklah cukup,” katanya. “Seperti halnya kuliah dan lulus perguruan tinggi merupakan sebuah pencapaian yang sangat penting, namun itu tidak cukup,” pungkasnya.
(fab/fab)
Next Article
Manusia Rp 1.800 T Makin Kaya, Bagikan Rahasia Tajir Melintir