Jakarta – Indonesia saat ini memang sedang menjalankan vaksin booster untuk para tenaga kesehatan. Kemungkinan akan ada untuk masyarakat umum di tahun depan.
“Di Januari [2022] sudah selesai semua, di awal tahun depan kita sudah mulai suntikan ketiga [booster],” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR, Rabu (25/8/2021).
Rencana tersebut sudah didiskusikan dengan presiden Joko Widodo (Jokowi). Ada kemungkinan jika vaksin booster di tahun depan berbayar, namun berlaku untuk masyarakat umum.
Dia menjelaskan untuk vaksin di tahun depan kemungkinan yang dibayarkan oleh negara adalah penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Jadi akan ada skema umum, bisa beli sendiri atau dalam mekanisme BPJS Kesehatan.
Harganya suntikkan ketiga kemungkinan sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu. “Akan terbuka dengan vaksin yang masuk sehingga rakyat mendapatkan booster bisa memilih, yang PBI kita bisa lakukan subsidinya melalui BPJS [Kesehatan],” ungkapnya.
Sementara itu, dia menjelaskan vaksin booster secara uji coba klinis bisa melindungi penerimanya. Namun memang masih ada masalah di pihak World Health Organization (WHO).
Menurutnya WHO tidak mempersalahkan secara klinis, tapi masalah etis. Dengan vaksin yang belum merata, sebaiknya diberikan pada masyarakat yang belum mendapatkan suntikan pertama.
“Di Indonesia baru sampai saat ini 58 juta beruntung mendapatkan untuk suntikan pertama sekitar 30 juta suntikan kedua. Dengan jumlah vaksin terbatas lebih pas diberikan kepada teman-teman yang belum mendapatkan suntikan pertama,” jelas Budi.
Dalam kesempatan yang sama Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto mengatakan efikasi vaksin memang akan menurun setelah beberapa bulan didapatkan. Menurut analisanya perlu dilakukan booster setelah 6 hingga 12 bulan setelah penyuntikan.
“Perlu kami sampaikan sesuai analisa 6-12 bulan sudah harus dilakukan booster harus diantisipasi kecepatan vaksin tidak tercapai,” kata Slamet.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )