Jakarta, CNBC Indonesia – Belakangan ini ramai perbincangan tentang aplikasi yang mampu menjawab berbagai pertanyaan secara cepat dan tepat. Tiap manusia yang bertanya, aplikasi itu langsung memaparkan jawaban dengan beragam bentuk tergantung pertanyaanya, dari mulai narasi, argumentatif, bahkan karya sastra. Nama aplikasi itu bukan Google, melainkan: ChatGPT.
ChatGPT singkatan dari generative pre-training yang diluncurkan pada November 2022 sebagai produk baru dari salah satu perusahaan teknologi bernama OpenAI. Sesuai namanya, OpenAI adalah perusahaan yang fokus pada pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau kerap disebut Artificial Intelligence (AI) dan bersifat terbuka untuk publik (open source).
Perusahaan ini didirikan oleh Elon Musk, Sam Altman, Ilya Sutskever, Greg Brockmant, dan Wojciech Zaremba pada Desember 2015 di California. Dalam sebuah foto yang diunggah Altman di akun Twitter personalnya, tampak situasi hari pertama OpenAI berdiri.
Ada beberapa pendiri yang sedang berdiskusi di ruangan kecil yang terlihat seperti ruang makan dan dapur. Dari sinilah lahir sebuah gagasan teknologi yang hari ini disebut sebagai “pengancam eksistensi Google” dan “pengubah kehidupan masa depan”.
Berawal dari Ketakutan
Pendirian OpenAI didasari oleh ketakutan masing-masing pendiri terhadap dampak negatif AI yang bisa membahayakan umat manusia. Elon Musk, misalkan, beberapa kali pernah berujar kalau AI lebih berbahaya dibanding nuklir.
Oleh karena itu, dalam laman resminya, OpenAI ingin memastikan kecerdasan buatan yang dibuatnya menjadi sistem otonom yang membantu manusia dalam pekerjaan, sekaligus menguntungkan semua umat manusia.
Dalam menjalankan bisnisnya, awalnya OpenAI tidak meraup untung dari pengguna. OpenAI adalah perusahaan non-profit yang mendapat dana dari para donatur. Tentu, Elon Musk adalah donatur utama.
Mulanya, OpenAI mendapat dana sebesar US$1 miliar atau sekitar Rp 15 miliar. Dari dana tersebut, bisnis perusahaan bergerak pada produk inovasi yang ditujukan untuk meniru perilaku manusia, bahkan bisa melampaui kecerdasan manusia itu sendiri. Karenanya, manusia juga harus terus berkembang agar mampu memanfaatkan AI, bukan malah dihancurkan AI.
Sebelum ChatGPT, pendiri Tesla dan timnya itu sudah lebih dulu membuat produk OpenAI Gym dan OpenAI Universe. OpenAI Gym adalah produk untuk pembelajaran algoritma. Sedangkan OpenAI Universe ditunjukkan untuk memudahkan manusia menggunakan komputer.
Ditinggal Elon Musk
Ketika OpenAI sudah semakin besar, Musk justru memutuskan keluar dari startup itu pada Februari 2018. Mengutip CNBC International, dia keluar karena takut terjadi konflik kepentingan.
Pada saat bersamaan, dia memang sedang mengembangkan teknologi pembelajaran mesin atau machine learning untuk Tesla, di mana tulang punggung teknologi tersebut juga bertumpu pada penerapan AI. Meski keluar, Musk tetap menjadi donatur OpenAI dan memberi saran kepada perusahaan.
OpenAI juga terus memperluas penggalangan dana untuk mempertahankan operasional perusahaan. Artinya, keluarnya Musk tidak membuat operasional perusahaan berakhir.
Justru setelahnya, OpenAI semakin unjuk gigi. Berbagai produknya telah menjadi perintis pengembangan AI secara global.
ChatGPT dan DALL-E
Seperti dibahas pada pembukaan artikel ini, salah satu produk OpenAI yang menggemparkan ranah maya adalah ChatGPT. Bagaimana tidak, program chatbot ini mampu menjawab semua pertanyaan manusia dengan kualitas respons seperti sedang mengobrol dengan manusia asli.
Konsep ini membuka babak baru diskusi manusia dengan komputer. ChatGPT merupakan pengembangan terakhir (untuk saat ini) dari teknologi GPT yang sudah diteliti OpenAI sejak 2018.
Diperkenalkan pada November 2022, ChatGPT mengumpulkan lebih dari 1 juta pengguna hanya dalam 5 hari. Popularitas ini memicu kontroversi, di mana banyak yang takut ChatGPT bakal memangkas pekerjaan manusia, seperti copywriter dan social media strategist.
![]() Contoh obrolan dengan ChatGPT |
Namun, beberapa orang beranggapan ChatGPT masih belum sempurna untuk menantang level kecerdasan manusia. Meski informasinya akurat, tetapi belum mampu menyamai level dinamis manusia. Sebagai contoh, mungkin ChatGPT mampu menggantikan kemampuan copywriter yang baru magang dan belajar, tetapi belum bisa menggantikan peran copywriter yang lebih berpengalaman.
ChatGPT sendiri masih akan terus berkembang dan dilatih menggunakan teknik yang dinamai Reinforcement Learning with Human Feedback (RLHF). Dikutip dari SeachEngineJournal, GPT-3.5 yang merupakan basis ChatGPT dilatih untuk mengolah sangat banyak informasi dan pengkodean di internet, termasuk dari sumber diskusi semacam Reddit.
Sebelum ChatGPT, Instagram juga sempat ramai dengan netizen yang membagikan lukisan portrait wajah mereka. Lukisan tersebut tampak sangat menakjubkan dan juga merupakan produk dari OpenAI bernama DALL-E.
DALL-E menggunakan AI untuk membuat lukisan atau gambar yang realistis sesuai instruksi dari manusia. Program ini merupakan model pembelajaran mendalam (deep learning) yang mampu mengumpulkan gambar di internet dari deskripsi bahasa atau dikenal “prompts”. OpenAI pertama kali memperkenalkan konsep DALL-E di sebuah blog post pada Januari 2021.
Pada Januari 2022, OpenAI lalu memperkenalkan DALL-E 2 sebagai pengembangan lebih lanjut yang memungkinkan hasil gambar beresolusi tinggi. Tool ini juga bisa mengkombinasikan konsep dan gaya lukisan.
![]() Perbadaan DALL-E dan DALL-E 2 |
Perdebatan terjadi sebab DALL-E 2 mengambil potongan-potongan gambar dari internet yang dibuat oleh para seniman. Sehingga, konsep ini dianggap kurang etis. Selain itu, algoritma DALL-E yang belum sempurna masih menunjukkan bias gender dan ras.
Meski masih terus dikembangkan agar lebih andal, tetapi ChatGPT dan DALL-E 2 memperlihatkan bagaimana teknologi dapat berfungsi lebih jauh lagi berkat penerapan AI. Untuk menyikapi ini, manusia didorong untuk terus mengembangkan diri dan potensi, sehingga perannya tidak tergerus oleh AI.
Pesatnya perkembangan OpenAI juga menarik perhatian Microsoft untuk bekerja sama. Pada 2019, Microsoft sepakat berinvestasi sebesar US$1 miliar (Rp 15 miliar). Namun, di tahun yang sama pula, OpenAI tidak lagi menjadi organisasi non-profit. Rencananya, para pengguna akan dikenakan tarif untuk mengakses OpenAI untuk meningkatkan performa perusahaan. Bagaimana pendapat kamu?
[Dexpert.co.id]