Jakarta, CNBC Indonesia – Platform media sosial Bluesky mendadak populer sejak pemilu presiden Amerika Serikat rampung. Netizen berbondong-bondong meninggalkan media sosial X milik Elon Musk dan pindah ke Bluesky.
Bluesky adalah platform media sosial yang didirikan oleh pendiri Twitter, Jack Dorsey. Elon Musk membeli Twitter dari Dorsey dan pemegang saham lainnya kemudian mengubah namanya menjadi X.
Popularitas Bluesky mulai mencuri perhatian konglomerat dan investor kelas kakap. Bahkan, beberapa pihak dikabarkan siap merogoh kocek untuk mengakuisisi platform tersebut.
Namun, CEO Bluesky Jay Gruber memberikan peringatan kepada para investor. Dalam wawancara dengan CNBC International, Gruber menyatakan, “Bluesky kebal miliarder.”
“Kebal miliarder karena dirancang seperti itu, jika ada yang mengakuisisi Bluesky atau perusahaan bangkrut, semuanya jadi sumber terbuka. Apa yang terjadi di Twitter tidak akan terjadi kepada kami, karena Anda [pengguna] punya opsi untuk hengkang tanpa harus memulai segalanya dari awal,” kata Gruber.
Meskipun jumlah pengguna Bluesky meroket sejak pertengahan Oktober, jumlahnya masih jauh lebih sedikit dibanding X atau Threads milik Instagram. Jumlah pengguna Bluesky baru 21 juta, Threads melaporkan 275 juta pengguna, sedangkan X punya 318 juta pengguna (Musk mengklaim X masih punya 600 juta pengguna).
Dukungan Elon Musk atas Donald Trump, yang berhasil memenangi pemilihan presiden AS mengalahkan Wakil Presiden Kamala Harris, membuat pengguna X ramai-ramai pindah ke media sosial lain. Pasalnya, Musk kerap melontarkan suara yang ekstrem dan kontroversial.
Bluesky sebetulnya lahir sebagai proyek internal di Twitter saat Dorsey masih menjadi CEO. Perusahaan ini telah bertransformasi menjadi perusahaan independen untuk kepentingan publik pada 2022. Pada Mei, Dorsey mengumumkan bahwa ia sudah melepaskan posisi di dewan komisaris Bluesky.
“Pada 2019, Jack punya visi untuk sesuatu yang lebih baik di media sosial. Oleh karena itu, ia memilih saya untuk membangunnya. Kami berterima kasih kepadanya karena telah memulai, dan kami akan meneruskan,” kata Graber.
Graber menjelaskan bahwa Bluesky dibangun sebagai jaringan sosial sumber terbuka yang bisa digunakan dan dikembangkan oleh setiap penggunanya.
“Tidak ada yang pernah “seterbuka” ini, transparan, dan memberikan kendali sebesar ini kepada pengguna,” katanya.
Bluesky berencana menawarkan paket berlangganan bagi pengguna yang ingin memanfaatkan fitur spesial mereka. Namun, ia menegaskan Bluesky tak akan membuka akses bagi perusahaan pemasaran untuk mengirim iklan berdasarkan algoritma seperti media sosial lain dan Google.
“Kami tak akan membangun algoritma untuk menyuapkan iklan ke pengguna atau untuk mempertahankan mereka,” kata Graber.
Pada Oktober, Blueskye mengumumkan ronde pendanaan US$ 15 juta dari Blockchain Capital dan kini telah menggalang modal US$ 36 juta sejak berdiri.
(dem/dem)
Next Article
Belajar dari Kerusuhan di Inggris, Media Sosial Harus Diatur!