Jakarta – Sebuah penelitian menemukan skenario saat lubang hitam menelan bintang. Ditemukan lubang hitam akan menghasilkan dengan apa yang disebut astronom sebagai ‘peristiwa gangguan pasang surut’.
Bintang tersebut akan pecah diikuti dengan ledakan radiasi yang bisa melebihi cahaya digabungkan dari tiap bintang di galaksi induk. Ini terjadi selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Temuan itu berasal dari sebuah makalah dari tim astronom yang dipimpin Sixiang Wen, seorang peneliti paskadoktoral di University of Arizona Steward Observatory. Mereka menggunakan Sinar X yang dipancarkan oleh peristiwa gangguan pasang surut atau dikenal sebagai J2150.
Ini dilakukan tim peneliti untuk mengukur massa dan putaran lubang hitam. Benda tersebut merupakan jenis tertentu dengan massa menengah dan luput dari pengamatan.
“Fakta jika kami dapat menangkap lubang hitam saat melahap bintang menawarkan kesempatan luar biasa untuk mengamati apa yang tidak terlihat,” kata Ann Zabludoof, seorang profesor astronomi Arizona dan rekan penulis di makalah itu, dikutip laman Phys, Senin (20/9/2021).
“Bukan hanya itu, dengan menganalisis cahayanya kita bisa mengerti kategori lubang hitam yang sulit dipahami, yang mungkin menjelaskan sebagian besar lubang hitam di pusat galaksi”.
Menggunakan alis data ulang sinar X dari J2150 serta membandingkan nya dengan model teoritis yang canggih, para peneliti menunjukkan cahaya ini memang berasal dari pertemuan bintang dan lubang hitam dengan massa menengah.
Sebagai informasi, lubang hitam massa Menegah diperkirakan memiliki berat ka kira 10 ribu kali.
“Emisi sinar X dari bagian dalam yang dibentuk oleh puing-puing bintang mati memungkinkan kami menyimpulkan massa dan putaran lubang hitam dan melakukan klasifikasi sebagai lubang hitam perantara,” kata Wen.
Nicholas Stone yang juga menjadi rekan penulis mengungkapkan karena pengamatan astronomi modern, akhirnya bisa mengetahui pusat semua galaksi yang ukurannya sama atau lebih besar dari Bima Sakti juga punya lubang hitam yang sangat besar.
“Benda ini berukuran dari 1 juta hingga 10 miliar kali dari massa Matahari kita dan menjadi sumber radiasi elektromagnetik yang kuat saat terlalu banyak gas antar bintang yang jauh ke sekitarnya,” kata dosen senior di Universitas Hebrew itu.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )