Jakarta, Dexpert.co.id – Amerika Serikat membuka fasilitas penghisap karbon komersial pertama di dunia. Karbon yang disedot dari udara disimpan di bawah tanah.
Heirloom Carbon Technologies membuka fasilitas yang diberi nama direct air capture (DAC) di dekat San Francisco.
Fasilitas milik Heirloom berbeda dengan fasilitas “carbon capture” (CCS) yang sudah ada di lusinan lokasi pertambangan di penjuru Bumi. CCS didesain untuk menyedot karbon yang dihasilkan oleh proses penghasil polusi seperti pertambangan batu bara.
Namun teknologi carbon capture banyak diragukan oleh ahli dan aktivis, apalagi jika dikaitkan dengan istilah batu bara bersih ‘clean coal.’
Teknologi DAC menyedot karbon dari atmosfer tanpa ada proses industri apapun yang menciptakan polusi. Fasilitas milik Heirloom menyimpan karbon di ruang beton bawah tanah.
Fasilitasi pertama di Tracy, California, sangat kecil yaitu hanya mampu menyedot 1.000 ton karbon dioksida dari udara setiap tahun. Kapasitas ini berkembang pesat dalam dua tahun, dari 1 kilogram CO2 ke 1 juta kilogram hanya dalam 2 tahun.
“Target kami adalah jutaan ton per tahun. Caranya dengan menyalin dan menerapkan desain dasar ini terus menerus,” kata CEO Heirloom, Shashank Samala seperti dikutip dari The New York Times, Kamis (16/11/2023).
Model bisnis Heirloom adalah menjual karbon yang mereka sedot dari atmosfer dalam bentuk kredit karbon ke perusahaan raksasa seperti Microsoft atau Shopify. Korporasi membeli karbon kredit untuk membuat “impas” emisi yang mereka hasilkan sehingga target pengurangan karbon tercapai.
Sebelumnya, korporasi mengandalkan penghijauan seperti penanaman hutan untuk mengimbangi emisi yang mereka hasilkan.
Pola bisnis ini juga tidak lepas dari kritik. Beberapa pihak menuding pola seperti ini justru memberikan keleluasaan kepada korporasi untuk tidak mengurangi emisi, karena bisa bebas mencetak karbon.
(dem/dem)