Jakarta, Dexpert.co.id – Produsen chip terbesar China, SMIC, gencar memproduksi chip canggih dalam beberapa bulan terakhir. Upaya ambisius itu merupakan langkah menentang sanksi AS yang dirancang untuk memperlambat kemajuan teknologi di China.
Namun, masih ada beberapa tantangan besar yang dihadapi China untuk mencapai kemandirian di sektor chip, apalagi untuk jangka panjang.
Seperti yang diketahui, tahun lalu Huawei meluncurkan Mate 60, ponsel pintar dengan konektivitas 5G pasca masuk daftar hitam AS pada 2019 silam. HP misterius itu menggunakan chip yang diproduksi SMIC menggunakan proses 7 nanometer.
SMIC adalah produsen semikonduktor terbesar di China. Sejauh ini, SMIC baru bisa membuat chip dengan fabrikasi 7nm. Sebagai informasi, ukuran nanometer yang makin kecil menghasilkan chip yang lebih bertenaga dan efisien.
Proses 7nm dipandang sangat maju dalam dunia semikonduktor, meskipun ini bukan teknologi terkini. Sebagai perbandingan, chip yang digunakan pada iPhone 15 Pro dibangun dengan arsitektur 3nm.
Pekan lalu, Financial Times melaporkan bahwa SMIC sedang menyiapkan jalur produksi baru untuk membuat chip 5nm untuk Huawei. Hal ini menandakan kemajuan lebih lanjut bagi pembuat chip terbesar China.
Alasan chip produksi China menjadi penting
Sanksi AS dirancang untuk memperlambat kemampuan China dalam membuat chip tercanggih di dunia karena persaingan teknologi antara kedua negara terus memanas.
Perusahaan tersebut dimasukkan ke dalam daftar hitam perdagangan AS yang disebut Daftar Entitas pada tahun 2019 yang akhirnya memutus SMIC dari teknologi asing utama yang memungkinkannya membuat chip lebih canggih.
Pada bulan Oktober tahun lalu, AS memperketat pembatasan untuk mencegah penjualan chip kecerdasan buatan dan alat semikonduktor ke China.
AS telah menekan negara-negara lain untuk menerapkan pembatasan serupa. Salah satu langkah terbesar adalah Belanda tahun lalu yang secara resmi memberlakukan pembatasan ekspor pada peralatan manufaktur semikonduktor “canggih”.
Belanda adalah rumah bagi ASML, sebuah perusahaan yang membuat mesin litografi ultraviolet ekstrim (EUV), sebuah alat yang sangat penting dalam membuat chip paling canggih dalam skala besar dan hemat biaya.
Namun pembatasan yang dilakukan Belanda terlampau jauh dengan membatasi ekspor beberapa mesin litografi yang kurang canggih .
Tanpa alat EUV menurut para ahli SMIC akan kesulitan membuat chip berukuran 7 nanometer atau lebih kecil, atau setidaknya akan merasa mahal untuk melakukannya.
Jadi itu mengapa ketika Huawei Mate 60 keluar tahun lalu dengan chip 7nm, banyak yang terkejut.
Seorang ahli mengatakan kepada CNBC International pada saat itu bahwa SMIC kemungkinan menggunakan alat pembuat chip yang lebih tua untuk membuat chip canggih.
Tantangan China
Menggunakan peralatan lama untuk membuat chip yang lebih canggih menimbulkan dua tantangan besar.
Yang pertama adalah memproduksi semikonduktor akan lebih mahal dibandingkan jika menggunakan peralatan dan mesin yang lebih canggih. Yang kedua adalah masalah hasil, yaitu dengan peralatan yang lebih tua hasilnya juga lebih rendah.
Financial Time juga melaporkan, mengutip tiga orang yang dekat dengan perusahaan chip Tiongkok, bahwa SMIC harus mengenakan biaya 40% hingga 50% lebih banyak untuk produk dari proses produksi 5 nanometer dan 7 nanometer dibandingkan yang dilakukan TSMC pada node yang sama.
TSMC, atau Perusahaan Manufaktur Semikonduktor Taiwan, adalah produsen chip kontrak terbesar dan tercanggih di dunia. TSMC membuat semikonduktor untuk perusahaan mulai dari Apple hingga Nvidia
Pranay Kotasthane, ketua program geopolitik teknologi tinggi di Takshashila Institution, mengatakan bahwa SMIC dan China dapat terus mengeluarkan uang untuk proses tersebut. Tapi pada akhirnya, biaya akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya generasi chip yang maju. Kecuali jika perusahaan tersebut dapat memperoleh mesin ASML EUV.
“SMIC mungkin mengatasi masalah imbal hasil saat ini dengan menginvestasikan lebih banyak uang. Investasi ini bahkan mungkin datang dari pemerintah karena ini telah menjadi masalah gengsi nasional,” kata Kotasthane melalui email, dikutip dari CNBC International.
“Tetapi tingkat penjaminan biaya yang lebih tinggi hanya akan meningkat pada setiap generasi chip berikutnya. Kerugiannya akan terus bertambah kecuali China menemukan alternatif utama untuk EUV,” imbuhnya.