Close Menu
Dexpert
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Dexpert
    • Jasa Website
    • Referensi
    • Portofolio
    • Merchandise
    • Blog
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Dexpert
    Home»Insight News»Tanda ‘Kiamat’ Tiba-Tiba Muncul dari Bawah Laut Kutub, Ilmuwan Heran
    Insight News

    Tanda ‘Kiamat’ Tiba-Tiba Muncul dari Bawah Laut Kutub, Ilmuwan Heran

    Ardhian ValqaBy Ardhian Valqa7 April 2024Updated:7 April 2024Tidak ada komentar2 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email


    Jakarta, Dexpert.co.id – Para peneliti dibuat kebingungan dengan fenomena aneh yang terjadi di Antartika. Sebab Hanyutan Angin Barat atau disebut Antarctic Circumpolar Current (ACC) kini mencapai puncak arus terkencang sepanjang masa, seiring dengan kenaikan temperatur Bumi.

    ACC sendiri adalah arus air laut terbesar di dunia yang arahnya bergerak searah jarum jam jika dilihat dari Kutub Selatan, dari arah barat ke timur di sekitar Antartika. Adapun, kekuatan arusnya setara dengan semua arus sungai yang ada di muka Bumi.

    Kekuatan arus ACC memang tercatat fluktuatif sejak 5,3 juta tahun lalu. ACC memegang peran penting, karena dinilai sebagai salah satu ‘penjaga’ temperatur Bumi tetap dingin.


    ADVERTISEMENT


    SCROLL TO RESUME CONTENT

    Namun demikian, kencangnya ACC juga berdampak pada kekuatan angin yang semakin kuat. Bahkan hingga mencapai 40% di Kutub Selatan.

    Meski peran ACC selama ini adalah menjaga suhu Bumi tetap dingin, tetapi arusnya yang terlalu kencang menciptakan energi berlebih. Alhasil, arus air yang dibawa angin kencang mampu berdampak pada es di ujung Kutub Selatan. “Jika Anda meninggalkan es batu di udara, butuh waktu lebih lama untuk mencair,” kata seorang peneliti, Dr Gisela Winckler, dalam pernyataan resminya. “Jika Anda meletakkan es batu di air hangat, proses mencairnya akan lebih cepat,” kata dia.

    Peneliti ingin menyelidiki apakah angin yang lebih kencang turut dipengaruhi pemanasan global akibat aktivitas manusia. Untuk menjawabnya, beberapa tim peneliti dari berbagai negara menelusuri sejarah ACC melalui inti sedimen yang terbenam di dasar samudra.

    Inti sedimen ini sulit dikumpulkan, sebab medannya menantang bagi para penyelam. Namun, para peneliti berhasil mengumpulkan beberapa sampel.

    Dari situ diketahui bahwa ketika ACC lebih lambat, partikel kecil mendominasi sedimen. Namun, ukurannya jadi lebih besar ketika arus makin kencang.

    Jutaan tahun lalu, ACC makin kuat ketika temperatur Bumi lebih dingin. Namun, 800.000 tahun terakhir, ACC makin kuat ketika suhu Bumi memanas.




    Mind your business Tekonogi terkini
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Ardhian Valqa

    Related Posts

    Ramai-Ramai Perusahaan Getol Pakai AI, Tak Peduli Anggarannya Meledak

    25 Januari 2025

    Kejadian Langka Parade Planet, 2 Zodiak Ini Mohon Waspada

    25 Januari 2025

    Kanguru Raksasa Punah Bikin Penasaran, Begini Temuan Terbaru Para Ahli

    25 Januari 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tim Kerja
    • Kontak
    • S & K
    • Privasi
    © 2025 - Dexpert, inc.

    PT Dexpert Corp Indonesia

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.