Jakarta – Lebih dari 100 juta dosis vaksin Covid-19 akan kadaluarsa dan “dibuang” kecuali para pemimpin global segera berbagi kelebihan pasokan ini dengan negara-negara termiskin dunia.
Ini adalah pernyataan dari mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown. Pernyataannya ini mengutip riset Airfinity yang menyebut vaksin yang ditimbun tidak akan berguna bagi siapapun pada Desember nanti.
Gordon Brown telah mengirimkan penelitian Airfinity ini kepada politisi terkemuka, termasuk Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan tokoh senior di Brussel sebelum pertemuan puncak vaksin global pada Rabu ini.
Dalam penelitiannya Airfinity memperkirakan pada akhir bulanĀ ini ada 7 miliar dosis vaksin yang akan tersedia di seluruh dunia dan akan meningkat menjadi 12 miliar pada Desember nanti.
Gordon Brown mengatakan masalah terpenting adalah bagaimana dan di mana vaksin akan didistribusikan. Ia juga memperingatkan tentang tak adanya kesepakatan tentang siapa yang akan menyediakan vaksin bagi negara-negara miskin pada bulan Desember ini.
“Kami membutuhkan rencana pelepasan vaksin untuk menyediakan vaksin yang digunakan sekarang untuk mencegah limbah vaksin karena kadaluarsa,” ujar Gordon Brown dalam laporan Guardian dan dilansir CNBC Indonesia, Senin (20/9/2021).
“Tidak terpikir dan tidak masuk akal bahwa 100 juta vaksin harus dibuang dari persediaan negara-negara kaya (negara maju) sementara populasi negara-negara termiskin di dunia akan membayar limbah vaksin kita dengan nyawa mereka.”
“Ini menjadi tragedi politik yang mendalam dan kolektif jika KTT ini melewatkan kesempatan untuk bertindak, dengan vaksin yang segera ditransfer ke negara-negara miskin.”
Kelompok Global Justice Now mengatakan menyia-nyiakan jutaan dosis vaksin Covid-19 akan menjadi “kekejaman” ketika mereka dapat digunakan di negara-negara miskin.
“Negara-negara kaya seperti Inggris menimbun vaksin yang sangat dibutuhkan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” ungkap Direktur Global Justice Now Nick Dearden.
“Negara-negara yang lebih miskin tidak harus menunggu sampai vaksin kami akan habis untuk memvaksinasi populasi mereka. Banyak yang mampu membuat vaksin dengan aman jika saja kita mengesampingkan kekayaan intelektual, sehingga vaksin dapat diproduksi tanpa paten di negara-negara yang paling membutuhkan.”
Bulan lalu, General Director World Health Organization (WHO) Tedros Adhnom Ghebreyesus meminta negara-negara maju untuk melakukan moratorium (penghentian sementara) penyuntikan vaksin booster setidaknya hingga akhir tahun agar negara-negara miskin dan berkembang mendapat vaksin untuk program vaksinasi warganya.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )