Jakarta – Kasus infeksi Covid-19 di Indonesia cenderung menurun tetapi ini tidak jadi alasan untuk melakukan euforia berlebihan. Pasalnya, Indonesia masih memiliki potensi diterjang gelombang ketiga.
Hal ini diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV yang dipandu oleh Andi Shalini, Senin (20/9/2021).
Menurut Dicky Budiman, Indonesia belum lepas dari Covid-19 bahkan Indonesia masih memiliki potensi infeksi Covid-19 gelombang ketiga meski PPKM diperpanjang.
“Tetap ada potensi kemungkinan gelombang ketiga di Indonesia namun kemungkinan itu makin menurun dengan leveling PPKM yang tetap dijaga konsistensinya. Tapinya saya prediksi Oktober tetapi sekarang mundur ke Desember meski potensi itu bisa saja menurun,” jelasnya.
Dicky Budiman mengungkapkan ada dua alasan Indonesia berpotensi mengalami infeksi Covid-19 gelombang ketiga. Pertama, kapasitas 3T (pemeriksaan dini, pelacakan, dan perawatan) masih rendah.
“Genomic surveillance juga masih lemah karena idealnya mereka yang sudah divaksin dua kali tetapi terinfeksi Covid-19 harus dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing. Di kita ini sudah dilakukan tetapi minim. Peta pemahaman situasi belum komprehensif,” jelasnya.
Kedua vaksinasi. Jumlah penduduk Indonesia yang sudah divaksin penuh (dua kali suntikan) masih sekitar 16% terpaut sedikit dari Filipina tetapi kalah jauh dibandingkan Singapura, Kamboja, dan Malaysia.
“Ini menempatkan 80% penduduk Indonesia sangat rawan. Ini membuka kemungkinan gelombang ketiga selain angkat kematian Covid-19 di Indonesia di atas 3% yang menunjukkan adanya potensi masalah di hulu hingga hilir,” terangnya.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )