Jakarta – China diketahui sedang gencar menargetkan Bitcoin Cs hingga ekosistem di dalam negeri. Jay Jayawijayaningtyas, Country Manager platform perdagangan kripto Luno Indonesia menyebut larangan China bukan hal baru yang dilakukan.
Dia menuturkan hal ini pernah terjadi pada 2014-2015 lalu dan dirinya mengalami langsung. “Tahun 2014, saya punya bisnis mining (penambangan) kripto. Waktu itu harganya lumayan drop karena China melarang perdagangan Bitcoin secara utuh,” kata Jay dalam diskusi online, Rabu (29/9/2021).
Menurutnya ada perbedaan antara larangan China beberapa waktu tahun lalu dengan saat ini. Yakni adanya supply (permintaan) dan demand (penawaran) untuk kestabilan harga, berapa banyak orang yang beli akan berpengaruh pada harga.
Saat tujuh tahun lalu ini sangat berpengaruh sebab pasarnya masih kecil. Sementara saat ini kripto sudah makin mendunia diikuti dengan permintaan yang banyak banyak.
Perbedaan lainnya adalah dari segi investor. Jay mengatakan pada 2014 lalu hanya ada pemain ritel, ini membuat harga kripto sangat fluktuatif. Sementara saat ini juga institusi sudah masuk sebagai investor. Salah satu yang paling terkenal adalah Elon Musk serta perusahaan yang didirikannya Tesla.
Jay mengatakan larangan China saat ini mungkin akan berdampak pada harga. Namun tidak akan dalam jangka panjang.
“Sekarang tidak akan seperti 2014. Ada impact (dampak) terhadap harga, melihat jangka panjang demand dari institusional semakin banyak. Tentunya akan ada impact tapi tidak akan ada long term,” jelasnya.
Sebagai informasi, pemerintah China kian galak kepada kripto. Satu persatu ekosistemnya mulai dipreteli dan dilarang beraktivitas.
Terbaru, Bank Sentral China (PBoC) melarang layanan perdagangan, pencocokan pesanan serta penerbitan token dan penerbitan cryptocurrency. Selain itu akticitas pertukaran kripto luar negeri yang bertransaksi di China juga dilarang.
Penukaran cryptocurrency yang menawarkan layanan pada warga China juga disebut sebagai aktivitas ilegal.
Larangan ini membuat harga cryptocurrency turun pada Jumat (24/9/2021). Berdasarkan laporan coin metrics, saat itu Bitcoin merosot lebih dari 6,5% hanya dalam 24 jam terakhir dan Ethereum anlok 9% ke level US$2.867.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )