Jakarta – Tim peneliti dari Lawrence Livermore National Laboratory di California Utara berhasil memecahkan rekor dalam ledakan energi. Mereka menggunakan metode tidak konvensional untuk menciptakan fusi nuklir atau yang disebut matahari buatan dan menghasilkan energi lebih dari 10 Kuadriliun watt.
Para peneliti berfokus pada 192 laser raksasa yang ada National Ignition Facility (NIF) ke pelet kecil seukuran kacang. Mereka bisa menghasilkan pelepasan energi sebesar 1,3 megajoule dalam 100 triliun detik atau sekitar 10% dari energi sinar matahari yang mengenai Bumi.
Mereka berharap nantinya dapat mencapai titik impas dimana mengeluarkan energi 100% atau lebih dari yang diserap, seperti dikutip Live Science, Jumat (20/8/2021).
Dengan capaian kali ini, para peneliti juga berharap bisa memperluas kemampuan meneliti senjata fusi nuklir, misi inti NIF. Serta bisa mengarah pada cara baru menggunakan energi fusi nuklir.
Sejumlah ilmuwan mengharapkan suatu hari nanti fusi nuklir bisa menjadi metode yang relatif aman dan berkelanjutan dalam menghasilkan energi di Bumi.
Pengaturan NIF tidak bisa digunakan pada pembangkit listrik fusi, lasernya hanya bisa menyala satu kali dalam sehari. Sedangkan pembangkit listrik perlu mengucapkan beberapa pelat bahan bakar tiap detik.
Namun ada upaya agar bisa digunakan secara komersial dengan memodifikasi prosesnya.
Fisikawan plasma dari SLAC National Accelarator Laboratory di Stanford University dan tidak terlibat dalam penelitian terbaru, Siegfried Glenzer mengatakan pihaknya sedang mengerjakan sistem laser bertenaga rendah yang bisa mendapatkan api dengan lebih cepat.
Glenzer menambahkan energi fusi nuklir ini bisa menonjol dalam upaya menggantikan bahan bakar fosil, dalam beberapa tahun terakhir didominasi seperti energi surya. Dia mengatakan hal tersebut sangat menjanjikan untuk mencapai sumber energi yang tidak menghasilkan Co2.
“Ini sangat menjanjikan bagi kami untuk mencapai sumber energi di planet ini yang tidak akan mengeluarkan Co2,” ungkapnya.
Sementara itu Fisikawan Stephen Bodner mengaku kaget dengan hasil penelitian tersebut yang mendekati ‘pengapian’ pelat. Yaitu titik memancarkan energi lebih banyak atau lebih banyak dari yang diserap.
Namun menurutnya, para peneliti telah cukup dekat dengan tujuan. “Mereka sudah cukup dekat dengan tujuan penyalaan dan titik impas untuk disebut sukses,” kata Bodner.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )