Jakarta, Dexpert.co.id – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) bersama Boston Consulting Group (BCG) melakukan studi mengenai dampak digitalisasi bagi pemulihan dan pemberdayaan UMKM. Adapun hasil studi tersebut diluncurkan dalam side events MSMEs Reports 2022 B20 Digitalization Task Force beberapa waktu lalu.
Dalam studi yang berjudul “Powering up a post-pandemic rebound for MSMEs through digital transformation” ini, digitalisasi berkontribusi besar bagi lebih dari 60% UMKM dalam mencari pelanggan dan pemasok barang-barang.
B20 Digitalization Deputy Chair sekaligus Direktur Digital Business Telkom Indonesia, Fajrin Rasyid, mengatakan di negara berkembang seperti Indonesia, sektor UMKM merupakan pilar utama perekonomian nasional dengan berkontribusi 60% bagi PDB.
“Hasil penelitian kami sesuai dengan data Kemenkop UMKM pada 2021 yang memperlihatkan bahwa UMKM memberikan lapangan kerja bagi 97% (117 juta pekerja) yang 64,5% merupakan kaum perempuan dan memberdayakan ekonomi lokal,” kata Fajrin dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (8/9/2022).
Fajrin juga mengatakan transformasi digital menyediakan platform penting untuk mendukung dan meningkatkan peluang bagi UMKM selama periode yang penuh tantangan ini. Sebab teknologi digital dapat memberikan akses untuk memastikan kelangsungan bisnis saat menjangkau pasar baru yang sedang berkembang secara nasional, regional, dan global.
“Teknologi digital juga memberikan jalur yang bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan proses dan cara kerja, dan mengurangi biaya bisnis yang sedang berlangsung,” tambah Fajrin.
Untuk mengatasi hambatan yang dialami pelaku UMKM, riset Telkom Indonesia dan BCG memberikan rekomendasi strategis yang dapat mendukung transformasi digital UMKM.
Pertama, penggunaan teknologi digital untuk menetapkan strategi dan riset pasar terkait produk yang diminati konsumen. Kedua, menggunakan platform e-commerce atau teknologi cloud untuk membantu UMKM mencari pemasok barang dan jasa serta membangun kolaborasi yang untuk membangun infrastruktur digital dengan biaya efektif dan terukur.
Ketiga, UMKM akan mendapatkan akses ke pasar yang lebih luas. Keempat, mengadopsi teknologi digital akan membuat pelaku UMKM meningkatkan skill dan pengetahuannya terkait digitalisasi. Kelima, UMKM mudah mengakses pembiayaan.
“Hal ini tentunya harus didukung juga oleh pemerintah dan lembaga swasta yang memberikan akses pembiayaan yang adil dan berkelanjutan bagi UMKM,” terang dia.
Keenam, untuk mendorong transformasi digital bagi UMKM, perlu ada regulasi pendukung, terutama yang bisa menjaga keseimbangan antara UMKM dan perusahaan besar.
“Regulasi tersebut bisa mencakup kebijakan yang mengenai insentif perpajakan dan pengakuan Kekayaan Intelektual (HAKI),” pungkas dia.
Seperti diketahui UMKM memainkan peran vital dalam perekonomian dunia, di mana 90% bisnis global dan setengah dari lapangan kerja global bergantung pada UMKM. Hal ini pun menjadi salah satu faktor Presidensi B20-G20 Indonesia mengangkat soal pemberdayaan UMKM sebagai isu prioritas. Terlebih, UMKM terkena dampak cukup signifikan dari pandemi Covid-19.
Selain memperlihatkan dampak positif platform digital, laporan tersebut menunjukkan bagaimana UMKM menghadapi tantangan besar selama pandemi Covid-19. Selama pandemi, banyak UMKM yang bangkrut karena pembatasan mobilitas sosial, sementara yang lain kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya.
Mengenai dampak Covid-19 terhadap UMKM, Managing Director dan Partner BCG, Davids Tjhin melihat bisnis UMKM terus menghadapi tantangan, terutama di masa pandemi. Hal ini juga memberikan dampak sangat serius kepada ekonomi rumah tangga.
“Pada penelitian yang dilakukan BCG dan Telkom, dampak pandemi bagi Indonesia, khususnya pada sektor bisnis sangat serius. Semua sektor usaha, baik perusahaan skala besar maupun UMKM mengalami penurunan pendapatan hingga lebih dari 80%,” ujar Davids.
Menurut dia, pelaku UMKM juga dirundung persoalan klasik yang bertambah parah dengan adanya pandemi. Dukungan pendanaan sebanyak 57% adalah tantangan yang paling signifikan, diikuti oleh kesulitan di pusat pelatihan dan pembelajaran digital sebanyak 49%, dukungan regulasi 43%, dan kebutuhan layanan konsultasi atau pendampingan bisnis 32%.
[Dexpert.co.id]
Artikel Selanjutnya
Jelang Lebaran, TelkomGroup Pastikan Layanan Tetap Prima
(rah/rah)