Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah kota di China pernah dilanda polusi udara yang membahayakan pada 2015 hingga 2016. Kondisinya mirip dengan apa yang dialami Jakarta dan kota-kota satelit saat itu.
Pada waktu itu, pemerintah kota menggunakan meriam air untuk mengurangi polusi karena sebagian besar wilayah China diselimuti awan kabut yang berbahaya.
Meriam anti-polusi diterjunkan di jalan-jalan ibu kota provinsi Hunan, Changsha. Kendaraan berat tersebut menyemprotkan tetesan kecil air ke udara. Sembilan ton air digunakan selama satu setengah jam, menurut media lokal Changsha Evening News.
Langkah ini lantas ditiru oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Melansir dari detiknews, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, mengatakan bahwa total ada 200 personel hingga 20 unit mobil pemadam kebakaran (damkar) yang dioperasikan untuk menyemprot air di sejumlah jalanan Ibu Kota.
Namun, menurut studi berjudul Large-Scale Spraying of Roads with Water Contributes to, Rather Than Prevents, Air Pollution yang dipublikasikan PubMed Central, penyemprotan air di jalanan besar justru meningkatkan konsentrasi partikel PM2.5 dan menjadi sumber polusi udara baru.
Menurut studi yang dipublikasikan pada 2021 tersebut, penyemprotan air secara rutin dapat menghasilkan efek kumulatif pada polusi udara. Kandungan uap dan kelembapan akibat penyiraman air disebut dapat memperburuk kondisi polusi udara, terutama pada musim gugur dan musim dingin.
“Proses penyemprotan, penguapan air, dan sisa-sisa lainnya berkontribusi terhadap peningkatan tambahan aerosol antropogenik atau PM2.5 dan kelembapan,” tulis laporan studi tersebut, dikutip Senin (28/8/2023).
“Penyemprotan air setiap hari di jalanan tidak mengurangi konsentrasi PM2.5 di udara. Sebaliknya, air yang disemprotkan dapat menghasilkan aerosol antropogenik baru atau partikel halus yang tidak terlihat dan menjadi sumber baru polusi udara,” lanjut hasil studi tersebut.
Hasil studi menunjukkan bahwa sulfat, amonia, nitrat, dan senyawa lainnya yang tersisa di permukaan jalan akibat penyiraman 8 ribu ton air per hari setara dengan berat debu yang dihasilkan oleh pembakaran 782 ton batubara per hari.
Artikel Selanjutnya
10 Negara dengan Polusi Udara Terburuk Dunia, Ada Indonesia?
(hsy/hsy)