Jakarta – Terkait dugaan kebocoran dari aplikasi Electronic Health Alert Card atau eHAC, Kementerian Kesehatan meminta masyarakat untuk tidak menggunakan aplikasi itu lagi. Apakah langkah tersebut efektif?
Pengamat Keamanan Siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan langkah tersebut lucu. Ucapan itu seperti menolerir masalah ini dengan uninstall akan menyelesaikan masalah.
“Ini langkah lucu, mungkin Kemenkes berpikir masyarakat umum bisa menolerir udah di-unistall selesai,” kata Alvons, dalam program Profit, Rabu (1/9/2021).
Dia mengatakan langkah itu mungkin akan dipahami oleh pihak yang tidak mengerti. Sementara orang yang mengerti teknologi informasi akan menganggapnya lucu.
Alvons meminta untuk tidak menyesatkan masyarakat dengan himbauan tersebut. “Dengan meng-uninstall dan pakai eHAC baru tidak pakai lama lalu kebocoran akan selesai. Itu lawakan agak konyol dan tolonglah jangan berusaha membodohi masyarakat,” jelasnya.
Untuk masyarakat saat menyerahkan data, dia mengatakan sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Mereka diharuskan percaya pada provider pengelola data.
Sebagai pengelola data juga harus bertanggung jawab dan menjadikannya aman. Harus perlu melakukan pengamanan pada data-data tersebut.
Selain itu saat memberikan keterangan, Kementerian Kesehatan juga memperkirakan kebocoran berada di pihak mitra. Menanggapi hal ini, Alfons mengatakan semua pihak perlu belajar tanggung jawab.
“Memang katakan pihak mitra yang bekerja, tetapi data dikumpulkan karena atas wewenang dari Kemenkes, dan dalam eHAC jelas yang bertanggungjawab Kemenkes,” kata Alfons.
Meski yang salah adalah mitra atau pihak lain, harus dilihat bertanggung jawab adalah Kementerian Kesehatan. Menurut Alfons harus sportif untuk mengakui kesalahan atas kejadian itu.
“Kita sportif aja ‘oke, kami minta maaf ini kebocoran data sudah melakukan mitigasinya. Tidak terjadi lagi atau bagaimana’ itu yang harus dibiasakan oleh pengelola data. Jangan lempar tanggung jawab suatu kasus begitu,” jelas Alfons.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )