Jakarta – Elon Musk sudah sejak lama mengungkapkan idenya untuk manusia bisa pindah ke Mars. Menurut bos SpaceX, idenya demi kelangsungan peradaban sebab Matahari disebut akan menelan Bumi dan planet ini akan hancur.
“Pada akhir Matahari akan mengembang dan menelan Bumi. Manusia harus pergi ke Mars. Ini pasti akan terjadi tetapi tidak dalam waktu dekat,” kata Elon dikutip dari Daily Mail, Selasa (21/9/2021).
Bahkan Elon Musk sudah memikirkan cara manusia pindah dari Bumi. Yakni menggunakan roket Starship milik SpaceX dan selama dua tahun.
Dia juga menyebut ambisinya agar manusia tidak hidup di satu planet saja. “Kami tidak ingin menjadi salah satu spesies planet tunggal, kami ingin menjadi spesies multi-planet,” kata Elon Musk pada April lalu saat peluncuran misi Crew-2 ke orbit.
Elon Musk mengatakan untuk membangun kota di Mars. Lalu menjadi peradaban antariksa dengan spesies multi planet.
Tak main-main, saat itu Elon Musk menyebut SpaceX akan mampu mendaratkan manusia di Mars tahun 2026. Dua tahun lagi, SpaceX juga berencana mengirimkan Starship tanpa awak.
Menurutnya, perusahaannya harus melakukan banyak capaian sebelum akhirnya Starship lepas landas dengan manusia di dalamnya. SpaceX harus melakukan ratusan misi dengan satelit terlebih dulu, ungkap Elon Musk.
Bisakah Manusia Hidup di Mars?
Pertanyaan berikutnya apakah manusia dapat hidup di Mars? Jawabannya berdasarkan riset dari National Academy of Sciences, Mars disebut tidak masuk dalam klasifikasi untuk manusia bisa hidup di dalamnya.
Laporan itu mengatakan Mars beserta sejumlah planet dan bulan ternyata tidak cukup besar untuk menahan molekul yang krusial untuk kehidupan.
Para peneliti melihat keberadaan jenis (isotop) kalium yang ada di meteorit Mars. Sebagai informasi, kalium merupakan moderat ‘yang mudah menguap’, kelompok elemen dan senyawa yang bisa hilang oleh planet, salah satunya adalah air.
Mars diketahui pernah memiliki air, lanskapnya ditandai dengan danau kuno dan lembah sungai.
Kalium, dalam studi ini, digunakan untuk melacak air. Tim peneliti menemukan Mars banyak kehilangan kalium daripada Bumi, tapi tidak sebanyak bulan atau asteroid Vesta. Jadi nampaknya ukuran planet menjadi kunci apakah bisa menahan molekul seperti air.
“Nasib Mars ditentukan dari awal. Kemungkinan ada ambang batas pada ukuran yang menentukan planet berbatu untuk mempertahankan ait untuk bisa ditinggali dan lempeng tektonik dengan massa lebih dari Mars,” kata Kun Wang, penulis senior dari Washington University, dikutip dari IFL Science, Selasa (21/9/2021).
Hubungan antara gravitasi dan banyaknya jumlah yang mudah menguap memiliki implikasi seberapa basahnya Mars di masa lalu. Kun Wang mengatakan tidak bisa disangkal pada permukaan Mars pernah ada air, namun berapa banyaknya sulit untuk dilacak.
“Banyak model di luar sana untuk kandungan air massal Mars. Beberapa diantaranya, awalnya Mars bahkan lebih basah dari Bumi. Kami tidak percaya itu masalahnya,” jelasnya.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )