Jakarta – Apple baru saja mengeluarkan model terbarunya yakni Phone 13 Mini, iPhone 13, iPhone 13 Pro dan iPhone Pro Max yang telah ditunggu oleh konsumen setianya. Sayangnya, konsumen masih harus menunggu lebih dari beberapa minggu lagi untuk bisa mendapatkan varian terbaru dari Apple ini.
Pasalnya, saat ini ada hambatan dan penundaan rantai pasok dari produsen teknologi tersebut dibarengi permintaan yang sangat tinggi. Analis JP Morgan dan Credit Suisse mengungkapkan pelanggan di seluruh dunia yang telah memesan iPhone 13 Series secara online harus menunggu lebih dari empat minggu untuk iPhone 13 Pro dan iPhone 13 Pro Max dan sekitar dua minggu untuk iPhone 13.
“Harus diakui kendala ini masalah ini karena adanya kendala di rantai pasokan, kami masih menemukan peningkatan dalam waktu tunggu di minggu 2 dibanding minggu pertama sebagai indikator permintaan yang kuat,” tulis Analis JP Morgan Samik Chatterjee dilansir dari Reuters, Selasa (28/9/2021).
Pada hari Minggu, beberapa pemasok Apple dan Tesla menangguhkan produksi di beberapa pabrik China selama beberapa hari untuk memenuhi kebijakan konsumsi energi yang ketat. Hal ini pun memberikan risiko penundaan di rantai pasokan.
Pasalnya, krisis listrik di China kini telah memperlambat produksi industri. Pemasok bahan elektronik untuk Apple, Unimicron Technology mengatakan pabriknya di dua wilayah diminta untuk menghentikan produksi mulai Minggu hingga Kamis mendatang. Setidaknya 17 provinsi dan wilayah telah terjadi beberapa bentuk pemadaman listrik dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam pengajuan ke bursa saham Taiwan, Senin (27/9/2021), lusinan perusahaan lain, termasuk pemasok suku cadang untuk produsen mobil listrik Tesla, juga diberitahu untuk menghentikan produksi minggu ini. Pabrik sabuk karat, dengan ribuan kiln semen dan peleburan baja yang memakan banyak daya listrik, termasuk yang terkena dampak terburuk.
Akibat krisis ini, Goldman Sachs memperkirakan bahwa sebanyak 44% aktivitas industri China telah dipengaruhi oleh kekurangan listrik, yang berpotensi menyebabkan penurunan 1 poin persentase dalam pertumbuhan PDB tahunan pada kuartal III-2021, dan penurunan 2 poin poin dari Oktober hingga Desember.
Dikatakan dalam sebuah catatan yang diterbitkan Selasa bahwa mereka memotong perkiraan pertumbuhan PDB 2021 untuk China menjadi 7,8%, dari sebelumnya 8,2%.
Sementara Analis di Nomura mengatakan sejumlah pabrik terpaksa berhenti beroperasi karena mandat pemerintah untuk memenuhi target karbon atau lonjakan harga akibat kekurangan batu bara. Mereka memangkas perkiraan pertumbuhan PDB tahunan menjadi 7,7%.
Hampir 60% ekonomi China mengandalkan batu bara. Namun pasokan telah terganggu oleh pandemi, yang akhirnya mendapat tekanan dari target emisi yang ketat. China juga tertekan oleh penurunan impor batu bara di tengah perselisihan perdagangan dengan Australia.
[Dexpert.co.id]
(rah/rah)