Jakarta – Diukur berdasarkan usia obyek lain di Tata Surya sekitar waktu yang sama, Matahari diperkirakan berusia sekitar 4,6 miliar tahun. Lalu berapa lama kira-kira masa hidupnya?
Menurut para astronom, diperkirakan Matahari akan hidup hingga 10 miliar tahun lagi. Ini berdasarkan pengamatan bintang-bintang lainnya, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (13/9/2021).
Selama usia itu, akan ada yang terjadi. Dalam waktu lima miliar tahun, diperkirakan Matahari berubah menjadi raksasa merah.
Inti Matahari juga diperkirakan akan menyusut, namun bagian luarnya meluas hingga orbit Mars dan menelan Bumi dalam proses. Dengan catatan, jika Bumi masih ada saat itu.
Science Alert menuliskan, satu hal yang pasti kehidupan manusia saat ini sudah tidak ada lagi. Serta menurut fakta, umat manusia hanya punya 1 miliar tahun lagi kecuali memiliki jalan keluar dari sini. Penyebabnya adalah Matahari memiliki peningkatan kecerahan sekitar 10% per miliar tahun.
Angka tersebut memang tidak besar namun memiliki dampak untuk akhir kehidupan di Bumi. Lautan menjadi menguap dan permukaan menjadi terlalu panas untuk membentuk air.
Namun pada studi tahun 2018 dengan pemodelan komputer menemukan Matahari kemungkinan akan menyusut menjadi katai putih dan berakhir menjadi planet nebula. Nasib yang sama akan terjadi pada 90% bintang lainnya.
“Saat bintang mati, akan mengeluarkan massa gas dan debu, dikenal sebagai selubung, ke luar angkasa. Itu bisa mencapai setengah massa bintang. Ini mengungkapkan inti bintang, yang pada titik ini kehidupan bintang sedang berjalan kehabisan bahan bakar, menjadi padam dan sebelum akhirnya mati,” kata astrofisikawan dari Universitas Manchester di Inggris yang juga penulis studi, Albert Zijlstra.
“Baru pada saat itu inti panas membuat selubung yang dikeluarkan bersinar terang selama 10 ribu tahun, periode singkat dalam astronomi. Inilah yang membuat planet nebula terlihat. Beberapa sangat terang hingga bisa dilihat dari jarak sangat jauh hingga puluhan juta tahun cahaya, dimana bintang itu sendiri terlalu redup untuk dilihat,” jelasnya.
Model data yang dibuat tim sebenarnya memprediksi siklus kehidupan dari beragam bintang, untuk menemukan kecerahan nebula yang terkait dengan massa bintang yang berbeda.
Sebagai informasi Nebula relatif umum di seluruh alam semesta yang bisa diamati, misalnya Helix Nebula, Cat’s Eye Nebula, Ring Nebula dan Bubble Nebula.
Seluruhnya dinamakan planet nebula bukan karena ada hubungannya dengan planet. Namun saat ditemukan pertama kali oleh William Herschel pada akhir abad ke-18, seluruhnya mirip dengan planet saat dilihat dengan teleskop saat itu.
Sementara itu, hampir 30 tahun lalu para astronom memperhatikan Nebula paling terang di galaksi lain dengan tingkat kecerahan yang hampir sama. Artinya, setidaknya secara teoritis dengan melihat nebula di galaksi lain, para astronom bisa menghitung seberapa jauh jaraknya.
“Bintang tua bermassa rendah seharusnya membuat nebula jauh lebih redup dari bintang muda yang lebih masif. Ini telah jadi sumber konflik selama 25 tahun terakhir, kata Zijlstra.
“Data menyebut Anda bisa mendapatkan nebula terang pada bintang dengan massa rendah seperti Matahari, model mengatakan itu tidak mungkin, apapun yang kurang dari sekitar dua kali massa Matahari akan membuat nebula terlalu redup untuk dilihat”.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )