Jakarta – Pilihan untuk memberikan vaksin booster memang makin kencang terdengar. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin pun buka suara soal vaksin dosis ketiga itu.
Seperti diketahui, saat ini tenaga kesehatan diberi prioritas untuk bisa mendapatkan booster vaksin Covid-19. Dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI, Rabu kemarin (25/8/2021), Budi menyatakan mungkin akan ada booster bagi masyarakat umum di tahun depan.
“Di Januari (2002) sudah selesai semua, di awal tahun depan kita sudah mulai suntikan ketiga (booster),” kata Budi.
Dia mengungkapkan vaksin dosis ketiga kemungkinan akan berbayar bagi sejumlah kelompok masyarakat. Hanya mereka sebagai penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan yang mungkin vaksin Covid-19 dibayarkan negara.
Sementara untuk lainnya akan berbayar dan diperkirakan dosis ketiga itu seharga Rp 100 ribu – Rp 150 ribu. Budi juga mengatakan jenis vaksin pun akan terbuka untuk masuk agar masyarakat bisa memilih.
“Akan terbuka dengan vaksin yang masuk sehingga rakyat mendapatkan booster bisa memilih, yang PBI kita bisa lakukan subsidinya melalui BPJS (Kesehatan),” kata dia.
Dalam kesempatan itu, dia juga berbicara soal aspek klinis dosis ketiga. Menurutnya berdasarkan uji klinik, vaksin booster dapat memberi perlindungan untuk penerimanya.
Sedangkan World Health Organization atau WHO mempermasalahkan dari masalah etis untuk melakukan booster. Sebab hingga sekarang penerima vaksin belum merata dan diharapkan bisa diprioritaskan untuk diberikan pada mereka yang belum divaksin sama sekali.
“”Di Indonesia baru sampai saat ini 58 juta beruntung mendapatkan untuk suntikan pertama sekitar 30 juta suntikan kedua. Dengan jumlah vaksin terbatas lebih pas diberikan kepada teman-teman yang belum mendapatkan suntikan pertama,” jelasnya.
Soal booster juga disinggung oleh Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto. Menurutnya efikasi Vaksin akan menurun seiring berjalannya waktu.
“Perlu kami sampaikan sesuai analisa 6-12 bulan sudah harus dilakukan booster harus diantisipasi kecepatan vaksin tidak tercapai,” kata Slamet.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )