Jakarta – Food and Drug Administration (FDA) atau semacam Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Amerika Serikat (AS) diketahui bakal memberikan persetujuan penuh untuk penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19.
Sumber The New York Times melaporkan, pemberian persetujuan penuh itu rencananya akan diberikan pada Senin besok (23/8/2021), atau ditingkatkan dari sebelumnya hanya izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari FDA.
Pemberian persetujuan penuh ini untuk meyakinkan warga AS melakukan vaksinasi di tengah kembali melonjaknya kasus Covid-19 di negara tersebut.
“Langkah ini akan menjadikannya vaksin Covid pertama yang beralih dari otorisasi penggunaan darurat menjadi persetujuan penuh FDA,” tulis sumber tersebut, melansir CNBC International, Minggu (22/8/2021).
Namun pihak FDA menolak memberikan komentar, sebagaimana dikonfirmasi CNBC International.
Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci, sebelumnya mengatakan kepada Associated Press pada 8 Agustus bahwa dia berharap vaksin akan mulai menerima persetujuan penuh pada bulan Agustus ini.
Dengan persetujuan penuh, diharapkan nantinya akan lebih banyak perusahaan dan sekolah untuk melaksanakan vaksinasi.
Perusahaan-perusahaan AS telah memperketat aturan vaksin untuk karyawan karena kasus Covid telah melonjak di seluruh negeri dalam beberapa pekan terakhir. Persetujuan penuh juga dapat membantu meyakinkan orang-orang yang ragu-ragu untuk mendapatkan vaksinasi sampai FDA sepenuhnya menyetujui suntikan tersebut.
Lebih dari 203 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech telah diberikan secara nasional, mengimunisasi penuh lebih dari 91 juta orang di AS, menurut data CDC pada Jumat.
Pfizer dan BioNTech awalnya memulai proses permohonan lisensi biologis mereka untuk vaksin dua dosis pada bulan Mei setelah menerima izin penggunaan darurat dari FDA pada bulan Desember. FDA menetapkan target enam bulan untuk menyetujui obat prioritas tinggi.
Jika disahkan secara resmi, vaksin Pfizer dan BioNTech akan tetap tersedia di pasar setelah pandemi berakhir, dan perusahaan akan dapat mengiklankan vaksin secara langsung kepada konsumen. Produsen farmasi dengan EUA dilarang mempromosikan vaksin mereka.
Perusahaan mengumumkan pada 16 Agustus bahwa mereka memulai proses persetujuan untuk dosis booster untuk orang yang divaksinasi penuh setelah mengirimkan data uji klinis ke FDA.
Di AS, kasus Covid-19 memang meningkat. Meski memiliki angka vaksinasi yang cenderung tinggi, negara itu tetap mengalami peningkatan infeksi yang signifikan, bahkan lebih dari 1000% bila dibandingkan Juni lalu.
Mengutip data interaktif Covid-19 milik New York Times, pada akhir Juni lalu rata-rata kasus infeksi di Negeri Paman Sam masih berada di level 11 ribuan per minggunya. Namun saat ini rata-rata infeksi mingguan telah mencapai 141 ribu kasus perharinya. Ini merupakan kenaikan lebih dari 10 kali lipat.
Para analis kesehatan menganggap kenaikan tinggi ini terjadi akibat dari pelonggaran-pelonggaran yang berlaku pada liburan musim panas. Di mana publik seakan sudah menganggap corona telah hilang dan mengabaikan protokol.
“Kita berada di pertengahan musim panas, orang-orang mulai berkumpul, mereka dalam kelompok yang besar. Vaksin telah membuat mereka merasa aman, dan mereka lupa dengan protokol kesehatan,” kata dr. Perkin Halkitis, dekan di Rutgers School of Public Health, dalam wawancara bersama CNBC International.
[Dexpert.co.id]
(tas/tas)