Jakarta – Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menyatakan sejumlah negara tetangga Indonesia telah menyatakan kesediaan untuk ikut serta uji klinis fase III Vaksin Merah Putih yang dikembangkan LBM Eijkman.
Hal itu dinyatakan Amin dalam webinar Society of Indonesian Science Journalists bertajuk ‘Kemajuan Riset Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Peluangnya Terkini” yang berlangsung pada, Senin (23/8/2021)
Seperti diketahui, LBM Eijkman menjadi satu dari tujuh institusi di tanah air yang melakukan riset Vaksin Merah Putih dengan platform protein rekombinan. Saat ini, riset vaksin tersebut masih dalam proses transisi dari laboratorium ke industri disertai scalling-up dan peningkatan yield sehingga proses produksi dapat lebih efisien. Setelah itu, tahapan akan berlanjut ke uji praklinis dan uji klinis.
Amin lantas mengharapkan agar tahun depan emergency use of authorization (EUA) Vaksin Merah Putih yang dikembangkan LBM Eijkman sudah keluar.
“Kita harapkan di pertengahan tahun (2022) karena uji klinisnya kan 8 bulan. Tapi EUA kan tidak harus menunggu sampai uji klinik fase III selesai. Kalau pertengahan dari uji klinik fase III hasilnya sudah bagus, kita harapkan bisa menjadi pertimbangan untuk mendapatkan EUA,” ujarnya.
Ia mengungkapkan ada sejumlah tantangan yang nanti harus diatasi. Salah satunya mencari orang yang belum divaksin Covid-19 sebagai subjek yang diikutsertakan dalam uji klinis fase III.
“Kalau mempertimbangkan tadi yang sudah saya sampaikan bahwa dalam beberapa bulan ke depan jumlah yang divaksinasi itu pasti akan bertambah signifikan. Saat ini yang menerima vaksin pertama sudah lebih dari 50 juta, kalau target vaksinasi 2 juta per hari tercapai berarti sampai akhir tahun sudah lebih banyak orang yang divaksinasi,” kata Amin.
Solusinya, menurut dia, adalah mencari subjek dari luar Jawa yang belum terjangkau vaksinasi. Alternatif lain adalah bekerja sama dengan luar negeri.
“Karena negara tetangga kita sudah menyatakan minatnya untuk ikut dalam uji klinik fase III. Beberapa negara tetangga kita memang tidak ingin membuat vaksin sendiri karena secara ekonomis tidak nggak cocok hitungannya. Jumlah penduduknya terlalu kecil jadi investasinya kalau besar sekali kan secara ekonomis tidak pas,” ujar Amin.
“Jadi sebetulnya mereka sangat mengharapkan kalau Indonesia bisa bikin vaksin yang bagus mereka akan ikut dalam uji klinis fase III. Itu yang kita harapkan bisa memenuhi jumlah subjek yang diikutsertakan dalam uji klinis fase III,” lanjutnya.
[Dexpert.co.id]
(miq/roy)