Jakarta, Dexpert.co.id – Startup pendidikan asal India, Byju, sempat menjadi startup paling mahal di dunia dengan valuasi US$ 22 miliar atau setara Rp 340 triliun. Namun, kondisi perusahaan berubah 180 derajat dalam kurun waktu satu tahun.
Manajer investasi kelas kakap BlackRock yang merupakan salah satu pemilih saham Byju mengatakan startup tersebut sekarang sudah tidak ada harganya.
Sebanyak 27.000 karyawan Byju berbulan-bulan tidak menerima upah, hingga akhirnya cuma bisa pasrah menerima nasib mereka yang luntang-lantung.
Sebanyak 280 pegawai Byju juga sudah mengadu ke pemerintah karena pajak yang dipotong oleh perusahaan dari gaji mereka tidak dibayarkan ke negara.
Di tengah huru-hara dan kebangkrutan Byju yang kini dikendalikan petugas serupa PKPU di Indonesia, pendiri startup kontroversial itu mendadak muncul ke publik.
Byjy Raveendran yang merupakan pendiri dan CEO Byju muncul dalam konferesi pers virtual. Ia yang kini tinggal di Dubai disebut-sebut kabur dari masalah yang terjadi di India.
Dalam konferensi virtual itu, Raveendran menegaskan dirinya tak kabur, melainkan sedang menemani sang ayah yang menjalani perawatan di Dubai.
“Sayang sekali banyak orang yang mengira saya kabur ke Dubai. Padahal saya di sini selama setahun untuk perawatan ayah saya. Saya tegaskan, saya tidak kabur,” kata dia, dikutip dari Mashable India, Jumat (18/10/2024).
Lebih lanjut, Raveendran mengatakan dia siap kembali ke India dan menyelesaikan berbagai masalah di kampung halamannya itu. Bahkan, ia berjanji akan mengembalikan semua uang dari kreditor jika mereka mau bekerja kembali dengan dirinya.
Dalam konferensi virtual berdurasi 2,5 jam, Raveendran juga terang-terangan menyalahkan tiga investor Byju atas kegagalan startup tersebut.
Masing-masing adalah XV Ventures, Prosus, dan Chan Zuckerberg Initiative. Menurut Raveendran, para investor meninggalkan perusahaan pada 2023 dan membuat Byju kesulitan menggalan pendanaan yang dibutuhkan.
Ia mengatakan setelah pengajuan pengadilan Delaware oleh kreditur AS, para investor tersebut segera mengundurkan diri dari dewan direksi. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa seandainya mereka merencanakan transisi atau melakukan pemungutan suara untuk rekonstitusi, Byju tidak akan berada dalam situasi yang bermasalah.
Raveendran mengklaim beberapa investor, termasuk Prosus, tidak berinvestasi sepeser pun dalam 4-5 tahun terakhir. Karena itu, Raveendran mengumumkan bahwa dia belum selesai menghadapi ‘petaka’ Byju.
“Saya akan kembali ke India, dan mengisi stadium,” ujarnya.
Ia mengatakan jika gugatan kebangkrutan terus berlanjut, maka kreditor tidak akan bisa mendapatkan uang. Sebaliknya, jika kreditor mau bekerja dengannya, maka Raveendran akan mengembalikan semua uang para kreditor.
Diketahui, Startup yang juga mengantongi saham Tencent dan OLX, menarik perwakilannya dari dewan komisaris Byju karena mengklaim startup tersebut tidak mengindahkan saran para pemegang saham.
Para investor Byju juga menyebut manajemen perusahaan bohong soal penggalangan dana US$ 200 juta yang diumumkan tahun ini.
HSBC juga menilai harga saham Byju nyaris tak ada harganya. Dalam risetnya, HSBC menilai kepemilikan Prosus atas 10% saham Byju sudah tak layak untuk diperhitungkan.
Akar Masalah Byju
Byju sebelumnya sempat menggelontorkan US$ 2,5 miliar (Rp 39 triliun) untuk mengakuisisi lebih dari selusin perusahaan pada 2021 dan 2022.
Byju tercatat telah menggalang dana lebih dari US$ 5 miliar (Rp 78,89 triliun) dalam bentuk ekuitas dan utang dari investor kelas kakap seperti General Atlantic, Silver Lake, Peak XV, Lightspeed, Chan Zuckerberg Initiative, BlackRock, UBS, Prosus Ventures dan B Capital.
Anggota dewan komisaris Byju yang mundur adalah GV Ravishankar, partner di modal ventura Peak XV Partners yang sebelumnya bernama Sequoia India, Russer Dreisenstock dari Prosus serta Vivian Wu dari Chan Zuckerberg Initiative, yayasan milik pendiri Facebook Mark Zuckerberg dan istrinya Priscilla Chan.
Dewan komisaris Byju terakhir hanya diisi Raveendran dan keluarganya, yakni Divya Gokulnath (istri) dan Riju Raveendran (adik).
Deloitte, perusahaan konsultan akuntansi yang ditugaskan untuk melakukan audit, mundur karena Byju terus menunda penerbitan laporan keuangan 2011-2022 dan tidak kunjung menyediakan dokumen keuangan yang diminta.
(fab/fab)
Next Article
Startup Rp 358 Triliun Sekarang Harganya Nol