Jakarta – Sebuah penelitian dari Inggris mengungkapkan kemampuan vaksin Pfizer untuk melawan varian Delta. Hasilnya adalah vaksin mRNA itu kehilangan efektivitas-nya dalam 90 hari pertama setelah vaksinasi penuh.
Informasi saja, efektivitas adalah kemampuan vaksin untuk dalam menurunkan kejadian penyakit di dunia nyata. Meskipun, menurut penelitian suntikan Pfizer dan AstraZeneca masih mencegah sebagian besar infeksi Covid-19.
Survei di Inggris dijalankan oleh Universitas Oxford dan Kantor Statistik Nasional menganlisa lebih dari 3 juta tes PCR dari sampel acak. Ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran rinci pola infeksi karena varian delta.
“Kami melihat di sini data nyata dunia dari bagaimana dua vaksin bekerja, daripada data uji klinis dan data set yang menunjukkan bagaimana varian Delta telah mengurangi efektivitas suntikan Pfizer dan AstraZeneca,” jelas Simon Clarke, profesor cell ular microbiology di Universitas Reading, dikutip dari Fortune, Kamis (19/8/2021).
Koen Pouwels, peneliti dari Oxford yang membantu memimpin penelitian, mengatakan sekitar empat bulan dari suntikan kedua Pfizer kemungkinan setara dengan AstraZeneca dalam mencegah infeksi. Sementara pada AstraZeneca tidak ada perbedaan signifikan dalam efektivitas suntikan dari waktu ke waktu.
Hasil ini semakin meragukan kemungkinan untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity melalui vaksinasi, ungkap Sarah Walker, seorang profesor statistik medis dan epidemiologi di Oxford yang membantu memimpin penelitian.
“Harapannya orang yang tidak divaksinasi bisa dilindungi dengan memvaksinasi banyak orang,” ungkapnya.
“tingkat virus yang lebih tinggi pada infeksi ini pada orang yang divaksinasi konsisten, dengan fakta orang yang tidak divaksinasi hanya berada pada resiko yang lebih tinggi, saya takut,” tambahnya.
Sementara itu masih ada satu bagian penting yang menjadi teka-teki. Yakni seberapa banyak vaksin bisa terus melindungi orang dati rawat inap dan kasus Covid-19, kata Penny Ward, profesor tamu kedokteran Farmasi di Kings College London dan tidak terlibat dengan penelitian.
Temuan tersebut kemungkinan bisa mendukung pemberian suntikan booster vaksin mRNA kepada mereka yang telah diberikan vaksin AstraZeneca, dengan teknologi berbeda. Selain itu juga mendorong kebutuhan perawatan Covid-19 lebih baik.
“Tidak ada vaksin yang sepenuhnya melindungi pad a infeksi dengan varian delta. Tingkat rawat inap yang rendah terlihat hingga saat ini menunjukan dalam hal ini, setidaknya vaksin melindungi individu dari pengembangan Covid-19 yang parah,” jelasnya.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )