Jakarta – Sejumlah orang telah mendapatkan vaksin penuh tetapi terinfeksi virus corona Covid-19. Penyebabnya, varian Delta.
Seperti diketahui di sejumlah negara, termasuk di Indonesia sempat atau bahkan masih mengalami peningkatan kasus Covid-19. Misalnya di Amerika Serikat (AS), rata-rata pergerakan selama tujuh hari dari kasus harian mencapai 153.246 kasus atau meningkat 4,9 persen dari 7 hari sebelumnya.
Sementara laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) rata-rata pergerakan 7 hari saat ini adalah 123,6% lebih tinggi dari pengamatan satu tahun lalu.
Di Inggris juga mengalami peningkatan kasus, pada 6 September rata-rata tujuh hari kasus baru hampir 39 ribu dan jumlah kasus harian tetap tinggi seperti pada Rabu hampir 40 ribu kasus baru.
Peningkatan kasus itu terjadi saat cakupan vaksinasi dua cukup tinggi. Data CDC mencatat 62,4% orang di AS berusia 12 tahun ke atas telah divaksinasi penuh dan 82% berusia 65 tahun juga mendapatkan vaksin.
Di Inggris, sekitar 80,4% populasi di atas usia 16 tahun telah divaksinasi penuh.
Andrew Freedman, ahli penyakit menular di Cardif University School of Medicine, menuduh varian Delta berada di balik ini semua. Dia juga mengatakan yang tertular Covid-19 adalah campuran mereka yang tidak divaksinasi, baru satu kali disuntik vaksin, dan mendapat vaksin ganda.
“sebagian besar infeksi baru terjadi pada anak dan remaja (yang tidak divaksinasi),” ungkapnya kepada CNBC Internasional, Jumat (10/9/2021).
“Kami tahu vaksin hanya sebagian efektif mencegah orang tertular dari varian delta, namun lebih efektif untuk melindungi dari penyakit parah, rawat inap, dan kematian. Individu yang mendapatkan vaksin lengkap sebagian besar hanya mengalami gejala ringan saat tertular, meskipun sebagian kecil terutama orang lebih tua dan lebih lemah mengalami penyakit lebih parah,” jelas Andrew Freedman.
Para Epidemiolog dan pakar kesehatan masyarakat juga sudah menyebut Covid-19 merupakan sesuatu yang harus dibiasakan. Virus akan jadi endemik dan tidak bisa diberantas.
Strategi nol Covid, untuk menghilangkan semua kasus Covid-19, dinilai sebagai tujuan sia-sia di sebagian besar negara. Australia yang pernah mengejar strategi itu, mengumumkan pada Agustus mengabaikan kebijakan nya karena penyebaran varian Delta sangat menular.
Sementara itu Selandia Baru tetap akan mempertahankan strategi nol Covid-19, setidaknya untuk saat ini.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )