Jakarta – Beragam varian Covid-19 telah muncul di dunia termasuk di Indonesia. Namun ternyata di dalam negeri juga punya variannya sendiri namun tidak diidentifikasi sebagai varian berbahaya.
“Yang asli Indonesia ada nomornya kalau enggak salah B 1466.2. Tapi itu tidak diidentifikasi sebagai varian berpotensi berbahaya. Varian lokal itu sudah sangat kalah dibandingkan varian Delta,” kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI, Senin (13/9/2021).
Dia menjelaskan sejauh ini WHO memberikan kategori pada varian yang ditemukan. Untuk yang paling berbahaya disebut dengan variant of concern (VOC).
Terdapat empat varian yang masuk dalam kategori itu yakni Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Varian tersebut semuanya diidentifikasi berasal dari luar Indonesia.
Budi juga menjelaskan cara pemerintah untuk menekan timbulnya varian dari luar negeri itu. Yakni dengan memperkuat perbatasan Indonesia dengan negeri luar.
“Sudah mengidentifikasi semua bandara, pelabuhan dan lintas batas darat. Untuk memastikan kantor karantina di sana diperkuat,” ungkapnya.
Bersama dengan Kemenko Maritim dan Investasi, Budi menambahkan pihaknya mengurangi titik masuk ke Indonesia yang digunakan. “Jadi lainnya harus masuk dari jalur tertentu,” kata Budi.
Selain itu, dia menambahkan masuknya orang dari luar negeri adalah pegawai migran Indonesia. Menurutnya, di negara asalnya tidak seluruh pegawai migran telah divaksinasi.
Untuk itu, Budi menjelaskan juga bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri untuk memastikan negara-negara dengan banyak pekerja migran Indonesia memilih laboratorium tes yang boleh digunakan. Hal yang sama juga telah diterapkan di China dan Korea Selatan.
“Oleh karena itu kami bekerja sama dengan Kemenlu sekarang mendekati seluruh negara banyak pekerja migran untuk melakukan pemilihan lab mana yang boleh kita pakai untuk tes PCR pekerja migran yg datang ke Indonesia,” jelasnya.
Soal memastikan kesiapan Indonesia adanya varian baru, Budi menjelaskan ini melalui genome sequencing. Jumlah pengetesannya juga sudah meningkat drastis dari awal pandemi lalu.
Budi mengatakan periode Maret hingga Desember 2020, hanya ada 340 sequence. Sementara bulan lalu sudah 1.800 per bulan.
“Kemampuan jaringan lab baik Kemenkes atau Ristekbrin sudah cukup memadai. Tim nya sudah bagus menjalankannya,” jelasnya.
[Dexpert.co.id]
(Update dari:CNBC.com )