Jakarta – Subvarian strain delta Covid-19 yang baru-baru ini ditemukan kini merupakan 10% dari kasus baru di Inggris. Akan tetapi para ilmuan menghimbau pada masyarakat untuk tidak panik.
Dikenal sebagai AY.4.2, ada beberapa kekhawatiran bahwa varian ini bisa menular 10% lebih cepat daripada strain delta asli, tetapi sejauh ini tidak ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa inilah masalah utamanya.
Subvarian yang diperkirakan muncul di Inggris saat musim panas ini memiliki dua mutasi tambahan yang dapat mempengaruhi bagian dari struktur virus yang digunakan untuk menyusup ke dalam sel.Namun demikian yang masih belum dipahami oleh para ilmuwan adalah seberapa cepat penyebarannya.
Dalam 28 hari terakhir, AY.4.2 telah menyumbang sekitar 10% dari kasus Covid-19 baru, menurut data dari konsorsium kesehatan masyarakat Cog-UK. Hal ini menempatkan penyebaran versi Covid-19 ini pada peringkat ketiga di Inggris selama empat minggu terakhir setelah strain delta asli dan strain delta (sublineage) lainnya.
Meskipun meningkat, pejabat kesehatan masyarakat di Inggris telah menekankan bahwa sejauh ini, AY.4.2 tampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah atau membuat vaksin yang ada menjadi kurang efektif. Di sisi lin menurut ahli biologi di Universitas Northumbria Inggris, varian tersebut gagal bermutasi di beberapa negara Eropa, seperti di Jerman dan Irlandia.
Di lansir CNBC International, Christina Pagel, direktur Unit Riset Operasional Klinis di University College London, mengatakan bahwa meskipun subvarian baru delta akan bermunculan di Inggris dan di tempat lain, permasalahan ini tidak menjadi alasan besar untuk khawatir.
“Sepertinya varian tersebut memiliki keunggulan transmisi antara 12% dan 18% dibandingkan delta, tentu ini bukan kabar baik. Walaupun hal Ini akan membuat segalanya sedikit lebih sulit, tetapi ini bukan lompatan besar,” kata Pagel.
“Delta dibandingkan dengan alpha sekitar 60% lebih menular, atau sekitar dua kali lipat setiap minggunya. Sedangkan varian baru ini naik satu atau dua persen seminggu – atau jauh lebih lambat. Jadi dalam pengertian itu, ini bukanlah bencana besar seperti delta. Mungkin secara bertahap akan menggantikan delta selama beberapa bulan ke depan. Tetapi tidak ada tanda-tanda varian itu lebih kebal terhadap vaksin, jadi saat ini saya tidak akan panik tentang hal itu.”
Namun, munculnya mutasi baru memang menimbulkan beberapa kekhawatiran, kata Pagel. Jika mutasi baru tiba di negara-negara yang jauh di belakang Inggris dalam program vaksinasi mereka, itu akan menciptakan masalah tambahan. Ini menjadi bukti virus corona masih bermutasi.
“Ada banyak subtipe delta yang berbeda, tetapi ini adalah subtipe pertama yang tampaknya benar-benar memiliki keunggulan dibandingkan delta lainnya,” kata Pagel. “Dan itu hanya menunjukkan bahwa ada lebih banyak tempat untuk dituju dan berkembang. Beberapa orang mengatakan varian delta akan menyerang titik yang lemah – mari kita lihat dimana titik lemah selanjutnya.”
VARIAN DELTA AY.4.2 ANCAM ASIA TENGGARA
Hingga saat ini, Singapura telah menemukan kasus varian Delta Plus atau Delta AY.4.2. Penemuan varian Delta Plus di Singapura dikhawatirkan akan menyebar ke negara-negara Asia lainnya.
Saat ini Kementerian Kesehatan Singapura sedang mengkaji lebih jauh efek samping infeksi varian Delta Plus. “Sementara efeknya masih dipelajari. AY.4.2 saat ini diperkirakan serupa dengan subvarian Delta lainnya dalam hal penularan dan tingkat keparahan penyakit,” terang Kementerian Kesehatan, dikutip dari The Straits Times, Jumat (29/10/2021).
Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa sudah ada 23 jenis varian Delta di Indonesia. Nadia melanjutkan, terdeteksinya sejumlah varian Delta di Indonesia harus menjadi kewaspadaan bersama.
“Kita juga harus waspadai, karena varian Delta di Indonesia itu sudah tercatat sebanyak 4.358 dari hasil pemeriksaan whole genome sequencing kita, dan varian Delta itu sudah sampai 23 varian,” ungkap dia dalam Media Workshop BPJS Kesehatan, Kamis (28/10/2021).
PENCEGAHAN MELALUI VAKSINASI
David Matthews, seorang profesor virologi di University of Bristol, mengatakan bahwa sementara vaksinasi booster dan vaksinasi anak-anak dapat membantu memperlambat versi virus yang berpotensi lebih cepat.”
Tidak hanya itu, Matthews juga menghimbau kepada pemerintah untuk juga berfokus melakukan vaksinasi pada mereka yang masih menolak vaksinasi hingga saat ini.
“Semua orang, divaksinasi atau tidak, suatu hari nanti akan tertular virus ini,” Ungkap Matthews. “Jadi hanya ada satu pertanyaan untuk ditanyakan pada diri sendiri: apakah Anda ingin memenuhi vaksin ini dengan sistem kekebalan tubuh Anda yang terlatih atau tidak untuk melawan?”
Dia menambahkan: “Apa yang dilakukan varian delta, dan apa yang akan dilakukan AY.4.2, hanyalah menemukan orang yang tidak divaksinasi lebih cepat. Jadi, jika Anda tidak divaksinasi, waktu yang diperlukan sebelum virus ini menemukan Anda akan dipersingkat setiap kali virus menyebar lebih cepat.”
Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI melaporkan jumlah warga Indonesia yang telah divaksinasi Covid-19 secara lengkap mencapai 73.290.688 jiwa hingga Sabtu pukul 12.00 WIB.
Jumlah penduduk yang telah disuntik dua dosis vaksin Covid-19 bertambah 1.222.961 orang. Sedangkan jumlah penerima vaksin dosis pertama yang tercatat hingga saat ini sebanyak 1.462.704 jiwa. Dengan tambahan tersebut, maka jumlah penerima vaksinasi dosis pertama total mencapai 119.151.818 jiwa.
Adapun total vaksinasi untuk dosis ketiga bertambah sebanyak 8.457 orang menjadi total 1.130.382 orang. Pemerintah berencana memvaksinasi sebanyak 208.265.720 juta orang.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, jumlah total vaksin yang telah hadir di Indonesia baik dalam bentuk jadi maupun bahan baku berjumlah 312.335.760 dosis.
[Dexpert.co.id]
(mij/mij)